Analisis baru dari salah satu observatoirum terkuat di Bumi, Gaia, mengindikasikan bahwa sebuah klaster bintang yang termasuk dekat dengan Bumi dalam perhitungan antariksa, dihancurkan oleh gravitasi fenomenal dari obyek yang tidak dapat terlihat.
Pakar astronom Tereza Jerabkova dan koleganya dari Eropean Space Agency (ESA) yang mengungkap hal tersebut. Observatorium Gaia sendiri mampu memetakan galaksi Bima Sakti dalam wujud tiga dimensi dan detailnya paling baik sehingga mumpuni untuk mengumpulkan data.
Dengan menganalisisnya, seperti dikutip detikINET dari Live Science, Selasa (30/3/2021)para peneliti itu menemukan sesuatu yang aneh di klaster bintang Hyades, lokasinya sekitar 153 tahun cahaya dari konstelasi Taurus.
Klaster bintang padat secara alami terpecah belah oleh kekuatan gravitasi, baik internal maupun dari gravitasi di galaksi sekitarnya. Nah di klaster Hyades, terdapat semacam ekor sepanjang ribuan tahun cahaya.
Ketika periset melakukan simulasi, ada banyak bintang yang menghilang. Penjelasan yang masuk akal kemungkinan adalah klaster bintang ini berada terlalu dekat dengan obyek seukuran 10 juta massa Matahari yang menghancurkannya.
"Seharusnya terjadi interaksi yang dekat dengan benda ini dan Hyades menjadi terhantam," kata Jerabkova dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics tersebut.
Kemungkinan obyek tersebut adalah akumulasi dari zat gelap atau dark matter, yang belum dapat dideteksi oleh teknologi yang ada saat ini. Terindikasi bahwa dark matter sebenarnya merupakan materi dominan di alam semesta, persentasenya diestimasi sampai 80%.
Temuan kerusakan bintang ini membuat teknologi Gaia menuai pujian. "Dengan Gaia, cara kita memandang galaksi Bima Sakti benar-benar berubah. Dan dengan penemuan ini, kita akan mampu memetakan sub struktur Bima Sakti dengan jauh lebih baik daripada sebelumnya," pungkas Jerabkova.
https://kamumovie28.com/movies/lost-girls-love-hotels/
Fitur Baru Google Maps Bantu Pengguna Hemat BBM & Ramah Lingkungan
Google Maps meluncurkan sejumlah fitur baru demi membantu pengguna menjalani hidup yang lebih ramah lingkungan. Fitur ini diluncurkan mengikuti komitmen berkelanjutan yang dicanangkan Google tahun lalu untuk membantu satu miliar orang mengurangi jejak karbonnya.
Fitur pertama yang dikenalkan adalah rute ramah lingkungan dalam navigasi berkendara. Dengan fitur ini Google Maps akan otomatis menggunakan rute yang memiliki jejak emisi karbon paling rendah dengan perkiraan waktu tiba yang hampir sama.
Jika rute ramah lingkungan meningkatkan waktu kedatangan secara signifikan, pengguna akan bisa membandingkan dampak emisi karbon antara rute-rute yang ada jadi bisa memilih antara rute yang paling cepat atau yang paling ramah lingkungan.
"Kami bisa melakukan ini berkat keahlian selama 13 tahun dan kemitraan dengan US National Renewable Energy Lab," kata Russell Dicker dari tim Google Maps, dalam media briefing virtual, Selasa (30/3/2021).
"Lewat kemitraan ini, kami membangun model rute baru yang mengoptimalkan konsumsi bahan bakar paling rendah, melihat faktor utama seperti jalan tanjakan dan kemacetan menggunakan prediksi lalu lintas berbasis Google Maps AI," imbuhnya.