Jumat, 05 Maret 2021

4 Gejala COVID-19 yang Paling Bertahan Lama

 Melawan infeksi COVID-19 bisa menjadi pertempuran yang panjang dan sulit. Pada saat yang sama, ada juga beberapa tanda dan gejala yang membutuhkan waktu sangat lama untuk hilang.

Bahkan setelah dites negatif untuk virus Corona, beberapa pasien melaporkan banyak masalah, yang memengaruhi mereka secara fisik dan mental.


Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh University of Washington pada 177 orang yang positif Corona, ada beberapa gejala yang lebih umum dan mungkin membutuhkan waktu paling lama untuk hilang.


Berikut di antaranya dikutip dari berbagai sumber:


1. Anosmia

Untuk pasien yang mengidap anosmia, mendapatkan kembali indra penciuman yang rusak akibat Corona bisa sangat sulit. Anosmia pada beberapa pasien bisa menjadi gejala yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.


Menurut para ilmuwan, salah satu alasan utama yang menyebabkan anosmia lama untuk pulih disebabkan karena virus menyerang sel-sel di area indra penciuman.


Meskipun tidak akan hilang secara permanen, melakukan pelatihan penciuman atau aktivitas rutin yang mengaktifkan indra bisa menjadi cara untuk sembuh lebih cepat.


2. Kelelahan ekstrem

Saat ini, mengalami kelelahan ekstrem juga jadi salah satu gejala pasien yang dikeluhkan pasien COVID-19, berminggu-minggu setelah didiagnosa penyakit tersebut.


sementara para peneliti masih mencari hubungan antara kelelahan ekstrim dan COVID-19, mengatasi kelelahan akibat COVID-19 bisa dilakukan dengan cara banyak beristirahat. Tidak memaksakan diri untuk melakukan ragam aktivitas yang berat.


Selain itu makan makanan yang sehat, cukupi kebutuhan cairan, dan yang terpenting olahraga yang cukup untuk mengatasi kelelahan ekstrem tersebut.


3. Sesak napas

Bagi pasien yang memang mengalami komplikasi pernapasan akibat COVID-19, mengalami kesulitan bernapas adalah keluhan yang umum. Dalam banyak kasus, sesak napas juga bisa menjadi gejala yang lama hilang.

Para peneliti mengamati bahwa mengalami masalah pernapasan dapat membuat pasien menderita masalah kronis di kemudian hari, termasuk sesak napas dan kerusakan kantung udara di paru-paru.


Latihan pernapasan ekstensif dan dukungan oksigen mungkin diperlukan untuk melanjutkan fungsi pernapasan normal.

https://trimay98.com/movies/the-forest-2/


4. Sakit kepala

Mengalami sakit kepala bisa menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas normal. Beberapa pasien juga mengeluhkan sakit kepala gejala yang bertahan lama akibat infeksi Corona.


Penelitian di Inggris baru-baru ini menunjukkan bahwa sakit kepala sering kali merupakan gejala awal infeksi. Sakit kepala sering dikaitkan dengan komplikasi neurologis dengan COVID-19, bersama dengan pusing. Bisa jadi, sakit kepala menandakan adanya peradangan di tubuh atau infeksi saraf di rongga hidung.


Sakit kepala yang terus-menerus, terlebih yang terkait dengan COVID-19 dapat muncul dalam berbagai bentuk dan seringkali memerlukan bantuan medis. Oleh karena itu, jika Anda memang mengalami masalah kronis, pertimbangkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

https://trimay98.com/movies/the-forest/

Golongan Darah Ini Lebih Rentan COVID-19, Mau Tahu Alasannya?

 Sebuah studi terbaru membuktikan bahwa seseorang dengan golongan darah tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular COVID-19. Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa virus SARS-CoV-2 ternyata tertarik pada antigen golongan darah A yang ditemukan pada sel pernapasan.

Pada penelitian tersebut, para peneliti fokus pada protein reseptor binding domain (RBD) yang terdapat pada permukaan SARS-CoV-2 dan merupakan bagian virus yang menempel pada sel inang. RBD SARS-CoV-2 itulah yang dijadikan target penelitian untuk dipelajari bagaimana COVID-19 dapat menginfeksi manusia.


Lebih lanjut, studi tersebut memaparkan bagaimana RBD SARS-CoV-2 berinteraksi dengan sel darah merah dan pernapasan dalam golongan darah A, B, serta O. Menurut hasil penelitian yang diunggah ke jurnal Blood Advances pada 3 Maret itu, RBD SARS-CoV-2 ternyata memiliki preferensi kuat untuk mengikat golongan darah A yang ditemukan di sel pernapasan.


Namun, pada golongan darah lain yang ditemukan pada sel penapasan atau sel darah merah, RBD SARS-CoV-2 tidak memiliki preferensi seperti pada golongan darah A. Pada pasien dengan golongan darah A, preferensi RBD SARS-CoV-2 dapat mengenali dan menempel pada antigen di golongan darah A serta ditemukan di paru-paru pasien.


"Menarik bahwa RBD virus hanya benar-benar lebih menyukai jenis antigen golongan darah A yang ada pada sel pernapasan, yang mungkin merupakan cara virus memasuki sebagian besar pasien dan menginfeksi mereka," ungkap penulis studi Dr. Sean Stowell, dari Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston, dikutip dari MedicalXpress.


Hal ini lah yang kemudian dapat membantu para peneliti mendapatkan wawasan mengenai hubungan potensial antara golongan darah A serta infeksi COVID-19.


"Golongan darah merupakan tantangan karena diturunkan dan bukan sesuatu yang bisa kami ubah. Tetapi jika kami dapat lebih memahami bagaimana virus berinteraksi dengan golongan darah pada manusia, kami mungkin dapat menemukan obat-obatan baru atau metode pencegahan," lanjutnya.


Tetapi, peneliti juga melampirkan catatan yang menjelaskan bahwa temuan ini rupanya masih belum dapat sepenuhnya menggambarkan atau memprediksi bagaimana COVID-19 akan mempengaruhi pasien dari berbagai golongan darah.

https://trimay98.com/movies/lady-of-the-dynasty/


4 Gejala COVID-19 yang Paling Bertahan Lama


Melawan infeksi COVID-19 bisa menjadi pertempuran yang panjang dan sulit. Pada saat yang sama, ada juga beberapa tanda dan gejala yang membutuhkan waktu sangat lama untuk hilang.

Bahkan setelah dites negatif untuk virus Corona, beberapa pasien melaporkan banyak masalah, yang memengaruhi mereka secara fisik dan mental.


Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh University of Washington pada 177 orang yang positif Corona, ada beberapa gejala yang lebih umum dan mungkin membutuhkan waktu paling lama untuk hilang.


Berikut di antaranya dikutip dari berbagai sumber:


1. Anosmia

Untuk pasien yang mengidap anosmia, mendapatkan kembali indra penciuman yang rusak akibat Corona bisa sangat sulit. Anosmia pada beberapa pasien bisa menjadi gejala yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.


Menurut para ilmuwan, salah satu alasan utama yang menyebabkan anosmia lama untuk pulih disebabkan karena virus menyerang sel-sel di area indra penciuman.


Meskipun tidak akan hilang secara permanen, melakukan pelatihan penciuman atau aktivitas rutin yang mengaktifkan indra bisa menjadi cara untuk sembuh lebih cepat.

https://trimay98.com/movies/orgasm-lecture-2/