Rabu, 03 Maret 2021

Iming-imingi Ini, India Bujuk Tesla Bangun Pabrik Mobil Listrik

 Pemerintah India merayu Tesla Inc untuk membuka pabrik di negara tersebut. Bahkan, Menteri Transportasi India Nitin Gadkari memberi iming-iming insentif, serta kepastian biaya produksi yang lebih murah daripada negara mana pun, termasuk China.

"Pemerintah akan memastikan biaya produksi Tesla paling rendah jika dibandingkan dengan negara-negara dunia, bahkan China, jika mereka memproduksi mobilnya di India. Itu akan kami jamin," kata Gadkari dilansir dari Reuters, Selasa (2/3/2021).


Rayuan Gadkari itu dilontarkan beberapa minggu setelah Elon Musk mendaftarkan sebuah perusahaan di India sebagai langkah untuk memasuki negara tersebut, dan rencananya diimplementasikan setelah pertengahan 2021. Seorang sumber yang tak disebutkan namanya mengatakan, Tesla berencana menjual mobil listrik sedan Model 3 di India.


"Daripada merakit (mobil) di India, mereka harus membuat seluruh produk di dalam negeri dengan menyewa vendor lokal. Kemudian kami dapat memberikan konsesi yang lebih tinggi," tutur Gadkari.

https://movieon28.com/movies/erasing-his-dark-past/


Pemerintah India memang ingin meningkatkan industri kendaraan listrik yang berbasis baterai, dan juga mengembangkan industri komponen kendaraan listrik untuk memangkas impor produk otomotif, dan mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil yang membuat tingkat polusi udara di negara itu tinggi.


Hal ini memang sedang terjadi di berbagai negara, yang berlomba-lomba mengimplementasikan penggunaan kendaraan listrik dan produksi kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon. Namun, tentunya India tak akan semudah itu memperoleh komitmen Tesla. Pihak Tesla sendiri belum menanggapi komentar Gadkari.


Saat ini, pasar mobil listrik di India baru menyumbang hanya 5.000 unit dari total 2,4 juta mobil mobil yang dijual di negara itu tahun lalu. Pasalnya, fasilitas pengisian daya untuk mobil listrik masih sangat sedikit jumlahnya, dan biayanya pun tinggi.


Sementara itu, China telah menjual 1,25 juta mobil yang menggunakan bahan bakar energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk baterai listrik pada tahun 2020 lalu, dari total 20 juta unit mobil yang terjual. Angka itu menyumbang lebih dari sepertiga penjualan global Tesla.


Ditambah lagi, India juga tidak memiliki kebijakan kendaraan listrik yang komprehensif seperti China, pasar mobil terbesar di dunia, yang mewajibkan perusahaan untuk berinvestasi di sektor tersebut.


Gadkari mengatakan, selain menjadi pasar yang besar, India bisa menjadi pusat ekspor, terutama dengan sekitar 80% komponen baterai lithium-ion dibuat secara lokal sekarang. "Saya pikir ini adalah situasi yang win-win untuk Tesla," kata Gadkari.


Kabarnya, India sedang menyusun skema insentif terkait produksi untuk pembuat komponen mobil dan mobil listrik yang menggunakan baterai lithium. Namun, di tahun 2020 lalu pemerintah telah memperkenalkan aturan emisi yang lebih ketat bagi produsen mobil agar sesuai dengan standar internasional. Aturan itu akan berlaku pada April 2022.


Sementara itu, menurut para pelaku industri mobil, hal itu sulit untuk dilaksanakan, apalagi di tengah pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, para pelaku industri mengatakan, transisi produksi ke kendaraan ramah lingkungan memerlukan waktu yang lebih lama, sementara batas waktunya ialah tahun depan.


Di sisi lain, pemerintah India belum membuat keputusan apakah akan menunda kebijakan itu. Pasalnya, pemerintah India masih memegang teguh komitmen Paris Agreement.

https://movieon28.com/movies/the-perfect-husband-2/

Tes Swab Anal Corona ala China Kian Banyak Diprotes

  Tes swab anal atau pantat terkait virus Corona (COVID-19) yang dilakukan China terhadap warga negara Jepang menimbulkan aksi protes. Jepang menyatakan bahwa prosedur semacam itu memicu sakit psikologis bagi warganya.

"Beberapa warga Jepang melapor kepada Kedutaan kami di China bahwa mereka menjalani tes swab anal, yang memicu sakit psikologis sangat besar," tutur Kato dalam konferensi pers pada Senin (1/3) waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Selasa (2/3/2021),


Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Katsunobu Kato, menyatakan bahwa pemerintah Jepang belum menerima respons dari China soal negara itu akan mengubah prosedur tes Corona, sehingga Jepang akan terus meminta China untuk mengubah prosedur tersebut.


Namun Kato tidak menyebut secara jelas jumlah warga Jepang yang menjalani tes swab anal di China.


Menurut laporan CNN, beberapa dokter dan kajian di China menganggap tes semacam ini lebih dapat diandalkan daripada tes swab hidung atau tenggorokan.


"Beberapa pasien tanpa gejala atau mereka dengan gejala ringan yang sembuh cepat (dari COVID-19), dan dimungkinkan bahwa tes tenggorokan tidak akan efektif bagi orang-orang ini dalam tiga hingga lima hari," tutur seorang dokter spesialis penyakit menular di China, Li Tongzeng, kepada CNN.


Diketahui beberapa kota di China menggunakan sampel yang diambil dari anus untuk mendeteksi potensi infeksi COVID-19, saat otoritas China meningkatkan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada pembawa potensial virus Corona baru yang terlewat.


"Para peneliti menunjukkan bahwa bagi beberapa orang yang terinfeksi, durasi waktu hasil nucleic positif bertahan lebih lama pada (sampel) tes tinja dan dubur dibanding pada saluran pernapasan bagian atas. Oleh karena itu, menambahkan tes swab anal bisa meningkatkan tingkat deteksi positif dari yang terinfeksi," imbuhnya.


Namun, tidak diketahui secara jelas apakah tes swab anal jauh lebih efisien dalam mendeteksi COVID-19.

https://movieon28.com/movies/the-perfect-husband/


Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China membantah laporan yang menyebut para diplomat Amerika Serikat (AS) di wilayahnya diminta melakukan tes swab anal untuk COVID-19. Laporan media itu menyebut beberapa diplomat AS mengeluhkan prosedur tersebut.


"Departemen Luar Negeri (AS) tidak pernah menyetujui tes semacam ini dan memprotes secara langsung kepada (Kementerian Luar Negeri China) ketika kami mengetahui beberapa staf menjadi sasarannya," demikian pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada CNN.


"Kami telah menerima jaminan dari (Kementerian) bahwa ini adalah kesalahan dan bahwa personel diplomatik dibebaskan dari persyaratan tes ini. Kami telah menginstruksikan staf untuk menolak tes ini jika diminta melakukannya (seperti terjadi di masa lalu)," imbuh pernyataan itu.


Dalam tanggapannya pada Kamis (25/2) waktu setempat, Kementerian Luar Negeri China menyatakan tidak tahu-menahu soal adanya tes swab anal itu.


"Sejauh yang saya tahu, dan saya juga telah memeriksa dengan kolega saya, China tidak pernah meminta diplomat AS di China untuk melakukan tes swab anal," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, kepada wartawan.


Disebutkan, perwakilan AS di China telah 'bernegosiasi dengan China untuk sementara waktu' menghindari staf mereka menjadi sasaran tes semacam itu.

https://movieon28.com/movies/grannys-got-talent/