Kamis, 04 Februari 2021

Besaran Insentif Nakes Turun, Perhimpunan Perawat Sebut Pemerintah Tak Sensitif

 Insentif tenaga kesehatan (nakes) tetap dilanjutkan tahun ini, meski besarannya tak lebih besar dari jumlah sebelumnya. Hal ini dipastikan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

"Untuk kesehatan, Bapak Presiden memutuskan insentif nakes diteruskan tahun 2021 meski magnitude-nya diturunkan," ucapnya dalam rapat bersama Komisi XI, Rabu (27/1).


Menanggapi hal ini, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PPNI Harif Fadhillah mengaku belum mendapat penjelasan resmi dari Kementerian Kesehatan RI. Meski begitu, jika besaran insentif nakes benar dikurangi dari jumlah sebelumnya, ia menyayangkan pemerintah tak sensitif pada para nakes.


"Tapi seandainya benar (dipotong), mungkin kita sayangkan, walaupun misalnya dengan kemampuan negara dan lain sebagainya itu, tapi di sisi lain kan banyak aktivitas yang menurut saya bisa menjadi sumber keuangan untuk mempertahankan besaran insentif nakes yang tidak seberapa lah kalau dilihat dari jumlah APBN-nya kan," tuturnya saat dihubungi detikcom Rabu (3/2/2021).


"Dan tampaknya nggak sensitif lah pemerintah dalam hal ini melihat situasi yang ada pada tenaga kesehatan," lanjutnya.


Harif menyebut, besaran insentif nakes yang dikurangi bisa mengurangi semangat para nakes menangani pasien COVID-19, terlebih di tengah lonjakan kasus Corona.


"Di tengah melonjaknya kasus, risikonya masih tinggi, kemudian mereka misalnya bisa mendapatkan insentif pun hanya dapat separuh, bagaimana kita bisa menjaga semangat mereka, motivasi mereka, saya kira itu suatu tantangan besar," pesannya.


Meski begitu, pencairan insentif nakes menurutnya selama ini tak banyak masalah. Adapun satu hingga daerah yang bermasalah dengan pencairan insentif, hanya berkaitan dengan pendataan.


"Tidak banyak yang dilaporkan, ada satu dua daerah yang kaitannya dengan indikasi data di daerah dan institusi tempat kerja," bebernya.


Hingga Rabu (3/2/2021), Harif menyebut sudah ada 232 perawat meninggal dunia selama pandemi Corona. Perawat yang gugur terbanyak dilaporkan di Jawa Timur sebanyak 93 orang.

https://cinemamovie28.com/movies/adventures-in-babysitting-2/


Alat Tes Corona GeNose C-19 Beredar di Lapak Online, UGM Pastikan Ilegal!


 Alat tes Corona buatan anak bangsa GeNose C-19 baru-baru ini muncul di lapak online dengan harga beragam, salah satunya bahkan mencapai Rp 99 juta. Penjualan tersebut dipastikan ilegal dan berpotensi berbahaya bagi masyarakat.

Alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bekerja mendeteksi infeksi Corona dengan hembusan nafas dalam waktu 3 menit. Dianggap praktis dan lebih nyaman dibanding swab nasofaring, meski ditegaskan juga bahwa alat ini hanya untuk screening dan bukan untuk diagnosis.


Karena kepraktisannya, alat ini ditargetkan akan digunakan di tempat layanan publik. Harga tesnya pun relatif terjangkau, sekitar Rp 20 ribu perorang.


Hingga saat ini, alat GeNose C-19 belum dijual massal. Namun di sejumlah lapak online, barang ini diperdagangkan dengan harga variatif.


Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Dr Hargo Utomo menegaskan, GeNose C-19 tidak akan diperdagangkan secara sembarangan. Harga Eceran Terendah (HET) tiap unitnya Rp 62 juta belum termasuk pajak.


Artinya, penjualan di lapak online, apalagi dengan harga jauh lebih tinggi daripada yang ditetapkan adalah ilegal.


"Masyarakat hati-hati dan waspada agar (penjualan ilegal) tidak merugikan. Harganya 62 juta, tidak boleh dijual dengan harga lebih dari itu. Kewaspadaan masyarakat penting. Orang-orang yang ingin ambil keuntungan dalam kesempitan harus kita reduksi agar kepentingan masyarakat bisa kita lindungi," tegasnya saat dihubungi detikcom, Rabu (3/2/2021).

https://cinemamovie28.com/movies/adventures-in-babysitting/

Dokumen Autopsi Elvis Presley Ungkap Riwayat Sembelit Kronis, Kenali Gejalanya

 Sempat simpang siur, hasil autopsi Elvis Presley akhirnya diungkap ke publik usai disegel 50 tahun. Selain sejumlah luka di seluruh tubuh ditemukan, hasil autopsi juga menunjukkan Elvis mengalami sembelit kronis selama berbulan-bulan sebelum ditemukan tewas.

Kondisi sembelit kronis seperti bisa disebabkan karena beberapa hal. Namun, gejala-gejalanya kerap tak disadari.


Waspadai gejala-gejala sembelit kronis, kondisi yang dialami Elvis Presley sebelum meninggal, dikutip dari Mayo Clinic.


- Buang air besar kurang dari tiga kali seminggu

- Feses yang menggumpal atau keras

- Mengejan untuk buang air besar

- Merasa seolah ada penyumbatan di rektum yang mencegah buang air besar

- Merasa seolah-olah tidak dapat mengeluarkan tinja sepenuhnya dari rektum

- Membutuhkan bantuan untuk mengosongkan rektum, seperti menggunakan tangan untuk menekan perut dan menggunakan jari untuk mengeluarkan kotoran dari rektum.


Elvis Presley juga sempat menjalani pola makan berantakan hingga adanya gangguan feses yang memadat dalam empat bulan. Perlu waspada jika buang air besar setiap hari namun bentuknya seperti kotoran kambing atau seseorang yang buang air besar seperti pisang, lembut namun hanya dua hari sekali, hal ini bisa menunjukkan ada yang tidak beres.


Sembelit kronis yang dialami Elvis Presley bisa juga disebabkan karena kanker usus besar hingga penyempitan usus besar. Begitu juga dengan kanker usus besar, kanker prut lain yang menekan usus besar, hingga kanker rektal bisa jadi pemicunya.


Namun, pakar kesehatan saluran cerna Prof Dr dr Ari Fahrial Syam menyebut sembelit kronis bisa dicegah dengan beberapa kebiasaan sehari-hari. "Hal-hal tersebut tentunya dapat kita cegah, dengan mengonsumsi banyak serat, banyak bergerak dan olahraga, serta minum air mineral secukupnya," jelas Prof Ari beberapa waktu lalu.

https://cinemamovie28.com/movies/jeruzalem/


Besaran Insentif Nakes Turun, Perhimpunan Perawat Sebut Pemerintah Tak Sensitif


Insentif tenaga kesehatan (nakes) tetap dilanjutkan tahun ini, meski besarannya tak lebih besar dari jumlah sebelumnya. Hal ini dipastikan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

"Untuk kesehatan, Bapak Presiden memutuskan insentif nakes diteruskan tahun 2021 meski magnitude-nya diturunkan," ucapnya dalam rapat bersama Komisi XI, Rabu (27/1).


Menanggapi hal ini, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PPNI Harif Fadhillah mengaku belum mendapat penjelasan resmi dari Kementerian Kesehatan RI. Meski begitu, jika besaran insentif nakes benar dikurangi dari jumlah sebelumnya, ia menyayangkan pemerintah tak sensitif pada para nakes.


"Tapi seandainya benar (dipotong), mungkin kita sayangkan, walaupun misalnya dengan kemampuan negara dan lain sebagainya itu, tapi di sisi lain kan banyak aktivitas yang menurut saya bisa menjadi sumber keuangan untuk mempertahankan besaran insentif nakes yang tidak seberapa lah kalau dilihat dari jumlah APBN-nya kan," tuturnya saat dihubungi detikcom Rabu (3/2/2021).


"Dan tampaknya nggak sensitif lah pemerintah dalam hal ini melihat situasi yang ada pada tenaga kesehatan," lanjutnya.


Harif menyebut, besaran insentif nakes yang dikurangi bisa mengurangi semangat para nakes menangani pasien COVID-19, terlebih di tengah lonjakan kasus Corona.


"Di tengah melonjaknya kasus, risikonya masih tinggi, kemudian mereka misalnya bisa mendapatkan insentif pun hanya dapat separuh, bagaimana kita bisa menjaga semangat mereka, motivasi mereka, saya kira itu suatu tantangan besar," pesannya.


Meski begitu, pencairan insentif nakes menurutnya selama ini tak banyak masalah. Adapun satu hingga daerah yang bermasalah dengan pencairan insentif, hanya berkaitan dengan pendataan.


"Tidak banyak yang dilaporkan, ada satu dua daerah yang kaitannya dengan indikasi data di daerah dan institusi tempat kerja," bebernya.


Hingga Rabu (3/2/2021), Harif menyebut sudah ada 232 perawat meninggal dunia selama pandemi Corona. Perawat yang gugur terbanyak dilaporkan di Jawa Timur sebanyak 93 orang.

https://cinemamovie28.com/movies/a-one-way-trip-to-antibes/