Kamis, 04 Februari 2021

Gejala COVID-19 Ini Awet Banget, Muncul Melulu Meski Sudah Sembuh

 Pada beberapa kasus, gejala COVID-19 masih dialami pasien meski tes sudah menunjukan hasil negatif. Bahkan pada kasus lainnya, pasien tidak bisa benar-benar sembuh dari cedera organ meski sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Gejala berkepanjangan dari infeksi COVID-19 ini dikenal sebagai fenomena long COVID. Menurut National Institute of Clinical Excellence (NICE), gejala ini bisa mencakup gangguan pernapasan, masalah kardiovaskular, neurologis, gastrointestinal (mual dan diare), THT, dermatologis, psikis, hingga gejala lainnya seperti lelah, demam, dan nyeri tubuh.


Dilansir dari Times of India, riset menunjukan bahwa terdapat dua gejala yang paling sering dikeluhkan pasien sembuh. Gejala pertama adalah dyspnea atau sesak napas yang membuat pasien merasa sesak dan tidak nyaman di dada.


Gejala selanjutnya adalah rasa lelah belebihan (fatigue). Pasien merasa terus-menerus lelah meski sudah beristirahat cukup. Bahkan, rasa lelah ini bisa menganggu kondisi kesehatan.


Sebelumnya, ilmuwan dari National Institute for Health Research memaparkan bahwa salah satu bentuk sindrom pasca COVID (post-COVID syndrome) adalah kerusakan permanen pada jantung dan paru-paru.


Kerusakan permanan ini lebih berisiko dialami oleh pasien lanjut usia. Pasalnya, kemampuan tubuh mereka dalam meregenerasi sel cenderung lebih lemah daripada pasien anak-anak dan usia muda.


Lebih lagi, risiko kerusakan jantung permanen ini sangat berisiko dialami oleh orang dengan penyakit penyerta, atau yang terbiasa merokok.


Apa yang Harus Dilakukan?

Sama seperti langkah mencegah penyebaran virus, pasien yang mengalami long COVID harus menjaga jarak fisik dengan orang lain, menjaga kebersihan, memakai masker, dan menjalani pola hidup sehat.


Jika pasien mengalami sesak napas berkelanjutan, usahakan untuk tetap berada di ruang dengan sirkulasi udara yang baik. Pasien yang menjalani pengobatan dari rumah bisa rutin membuka jendela, tentu sembari tetap mencegah potensi penularan pada anggota ke keluarga.

https://cinemamovie28.com/movies/collective-invention/


Kombinasi Sambiloto & Herbal, Imunomodulator untuk Daya Tahan Tubuh


Pandemi COVID-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda akan segera mereda. Untuk itu, masyarakat butuh senantiasa disiplin melakukan protokol pencegahan, mengupayakan kebiasaan hidup sehat, serta menjaga daya tahan tubuh salah satunya dengan menggunakan obat herbal.

dr Rianti Maharani dari Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) menjelaskan COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SAR-CoV-2).


Virus COVID-19 sangat menular sehingga dibutuhkan kedisiplinan semua pihak untuk menjalani protokol pencegahan. Virus ini dapat ditularkan melalui SAR-CoV-2 kontak langsung dengan penderita, droplet yang dikeluarkan oleh penderita pada saat batuk ataupun bersin, serta tangan yang menyentuh mulut, hidung dan mata setelah menyentuh benda-benda yang terkontaminasi virus-virus tersebut.


Oleh karena itu COVID-19 disebut juga sebagai penyakit seribu wajah. Sebab virus ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala. Seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, gangguan penciuman, penurunan pengecapan, nyeri tenggorokan, batuk, gangguan pernapasan, mual, muntah dan nyeri perut. Terdapat pula infeksi COVID-19 yang tidak bergejala dan lebih sulit dideteksi.

https://cinemamovie28.com/movies/chongqing-hot-pot/

Apakah Menelan Sperma Bisa Bikin Hamil? Ini Penjelasan Ahli

 Menelan sperma saat seks oral kadang dilakukan beberapa pasangan. Menurut ahli sebetulnya kebiasaan ini tidak berisiko asal pasangan bersih dan bebas penyakit, namun muncul juga pertanyaan apakah menelan sperma bisa bikin hamil?

Dikutip dari Medical News Today, terapis seks Jennifer Litner menjelaskan sistem saluran pencernaan sama sekali tidak terhubung dengan sistem reproduksi. Karena itu hampir tidak mungkin menelan sperma saat seks oral akan menimbulkan kehamilan.


Kecuali bila seks oral diikuti oleh aktivitas seksual lain yang melibatkan penetrasi pada vagina.


"Saat seseorang menelan cairan sperma, ini akan mengikuti jalur sistem pencernaan yang sama dengan makanan atau minuman. Jalur tersebut tidak berhubungan dengan organ reproduksi sehingga tidak akan menimbulkan kehamilan," tulis Jennifer seperti dikutip pada Rabu (3/2/2021).


Kasus kehamilan usai seks oral yang langka pernah dilaporkan terjadi pada tahun 1988. Artikel di British Journal of Obstetrics and Gynaecology mendeskripsikan seorang gadis 15 tahun yang tidak sadar hamil.


Dikisahkan sang gadis tengah melakukan seks oral dengan pasangan ketika kemudian datang sang mantan. Mereka lalu terlibat perkelahian yang membuat sang gadis mengalami luka tusuk di bagian lengan dan perut.


Sembilan bulan kemudian sang gadis melahirkan bayi lewat operasi caesar. Dokter yang menangani kasus ini menduga luka tusuk merobek saluran pencernaan gadis dan organ reproduksinya sehingga membuka jalan bagi sperma yang ditelan.

https://cinemamovie28.com/movies/bride-wars-2/


Gejala COVID-19 Ini Awet Banget, Muncul Melulu Meski Sudah Sembuh


Pada beberapa kasus, gejala COVID-19 masih dialami pasien meski tes sudah menunjukan hasil negatif. Bahkan pada kasus lainnya, pasien tidak bisa benar-benar sembuh dari cedera organ meski sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Gejala berkepanjangan dari infeksi COVID-19 ini dikenal sebagai fenomena long COVID. Menurut National Institute of Clinical Excellence (NICE), gejala ini bisa mencakup gangguan pernapasan, masalah kardiovaskular, neurologis, gastrointestinal (mual dan diare), THT, dermatologis, psikis, hingga gejala lainnya seperti lelah, demam, dan nyeri tubuh.


Dilansir dari Times of India, riset menunjukan bahwa terdapat dua gejala yang paling sering dikeluhkan pasien sembuh. Gejala pertama adalah dyspnea atau sesak napas yang membuat pasien merasa sesak dan tidak nyaman di dada.


Gejala selanjutnya adalah rasa lelah belebihan (fatigue). Pasien merasa terus-menerus lelah meski sudah beristirahat cukup. Bahkan, rasa lelah ini bisa menganggu kondisi kesehatan.


Sebelumnya, ilmuwan dari National Institute for Health Research memaparkan bahwa salah satu bentuk sindrom pasca COVID (post-COVID syndrome) adalah kerusakan permanen pada jantung dan paru-paru.


Kerusakan permanan ini lebih berisiko dialami oleh pasien lanjut usia. Pasalnya, kemampuan tubuh mereka dalam meregenerasi sel cenderung lebih lemah daripada pasien anak-anak dan usia muda.


Lebih lagi, risiko kerusakan jantung permanen ini sangat berisiko dialami oleh orang dengan penyakit penyerta, atau yang terbiasa merokok.

https://cinemamovie28.com/movies/bride-wars/