Senin, 11 Januari 2021

Jepang Minta Ikut Operasikan Pelabuhan Patimban, Ini Kata Kemenhub

 Pemerintah Jepang meminta Indonesia membentuk operator bersama antara kedua negara untuk mengelola Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Jepang meminta konsorsium Jepang-Indonesia segera dibentuk.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Agus Purnomo mengatakan bahwa konsorsium yang menang tender mengelola Pelabuhan Patimban bakal menujuk partner, dan itu kemungkinan besar bisa saja pihak Jepang.


"Iya nanti setelah konsorsium itu kontrak resmi ditunjuk, mereka akan mencari partner, partnernya saya kira yang paling nominatif dari Jepang," kata dia ditemui di Pelabuhan Patimban, Minggu (10/1/2021).


Konsorsium Patimban terdiri dari PT CTCorp Infrastruktur Indonesia, PT Indika Logistic & Support Services, PT U Connectivity Services, dan PT Terminal Petikemas Surabaya menjadi pihak yang ditunjuk sebagai operator Pelabuhan Patimban oleh Kemenhub melalui skema pelelangan.


Agus menjelaskan, Jepang paling memungkinkan untuk bergabung dalam joint operation Pelabuhan Patimban.


"Saya kan nggak ikut sampai jauh ke sana, tapi secara political will, baik secara dana (pembangunan Patimban) juga dari JICA (Japan International Cooperation Agency), kargo kendaraan juga Jepang banyak, bahkan impor mobil pun dari Jepang juga masih ada," tambahnya.


Pada kesempatan sebelumnya, Minister of Economic Affairs of the Embassy of Japan Tadayuki Miyashita mengatakan pihaknya sudah mendapatkan kabar bahwa Kementerian Perhubungan telah menunjuk konsorsium CTCorp sebagai operator pelabuhan Patimban.


Dia meminta operator yang ditunjuk Kemenhub juga bekerja sama dengan perusahaan Jepang membentuk sebuah konsorsium joint operator Indonesia-Jepang untuk mengelola di Pelabuhan Patimban. Dia mengatakan hal itu sudah menjadi kesepakatan antara kedua pimpinan negara.


"Kami sudah mengetahui Kementerian Perhubungan sudah menunjuk konsorsium CTCorp sebagai operator pelabuhan (Patimban). Kami tengah menanti agar konsorsium Jepang dan konsorsium Indonesia ini dapat membentuk kerja sama sebagai Indonesia-Jepang joint operator dalam waktu dekat, sebagaimana yang sudah disepakati dengan Perdana Menteri Jepang," kata Tadayuki dalam Public Expose Pelabuhan Patimban, Kamis (7/1/2021).

https://movieon28.com/movies/the-housekeeper/


Sah! Konsorsium CT Corp Jadi Pengelola Pelabuhan Patimban


Kementerian Perhubungan menetapkan Konsorsium Patimban menjadi pengelola Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Penetapan berdasarkan hasil evaluasi dan negosiasi sesuai peraturan yang ada.

"Proses dan pengumuman pemenang telah dilakukan sesuai ketentuan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 29 Tahun 2018," jelas Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati dalam keterangannya, Jakarta, Rabu (30/12/2020).


Konsorsium Patimban yang terdiri dari PT CTCorp Infrastruktur Indonesia, PT Indika Logistic & Support Services, PT U Connectivity Services, dan PT Terminal Petikemas Surabaya berhasil memenuhi persyaratan teknis minimum dalam proposal yang diajukan.


Nantinya Konsorsium bertugas membantu Badan Usaha Pelaksana dan melaksanakan proyek dengan skema KPBU selama 40 tahun sejak tanggal operasi tahap 1.


Kemenhub mengungkap total nilai biaya modal dalam mengelola Pelabuhan Patimban sekitar Rp 18,9 triliun dan total nilai biaya operasional sekitar Rp 64,3 triliun.


Pengumuman ini dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Laut selaku Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Pelabuhan Patimban.


Tentunya Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut selaku Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) Proyek KPBU Pelabuhan Patimban Nomor KP.910/DJPL/2020 pada tanggal 29 Desember 2020 tentang Penetapan Hasil Penunjukan Langsung Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pelabuhan Patimban.


Sebelumnya, pada 20 Oktober 2020 Konsorsium Patimban memang menjadi satu-satunya calon pengelola yang lolos tahap pra kualifikasi.


Meski demikian, Sesuai dengan Peraturan Lembaga LKPP No. 29/2018, dalam pengadaan badan usaha melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha, proses lelang tetap bisa dilanjutkan meskipun hanya didapatkan satu yang lolos pra kualifikasi.

https://movieon28.com/movies/basic-instinct/

Menyoal Pesawat Kelamaan Parkir dan Risiko Kecelakaan Penerbangan

 Sejumlah ahli mewanti-wanti ratusan pesawat yang kembali beroperasi usai dilarang terbang selama berbulan-bulan karena pandemi COVID-19. Hal itu menyusul jatuhnya pesawat Boeing milik Sriwijaya Air tak lama setelah lepas landas dari Soekarno-Hatta.

Pengamat penerbangan Alvin Lie menegaskan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Pulau seribu tak ada kaitannya dengan usia pesawat.


"Walaupun pesawat usianya sudah 26 tahun, tapi asal perawatannya baik tidak ada masalah. Kemudian pesawat ini juga pernah dikandangkan oleh Sriwijaya antara 23 Maret sampai tanggal 23 Oktober, tahun lalu. Setelah itu sudah aktif lagi terbang," kata Alvin yang dikutip Sabtu, (9/1/2021) dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV.


Tapi maskapai diminta berhati-hati saat menghidupkan kembali armada pesawatnya. Usai berbulan-bulan dikandangkan, tidak hanya pesawat tetapi juga sumber daya manusia (SDM).


Dicuplik Reuters, Minggu (10/1/2021) potensi bahaya yang muncul setelah armada pesawat lama tak dioperasikan di antaranya; pilot rustiness (menurunnya keterampilan sebab jarang terbang), kesalahan perawatan, dan bahkan serangga yang membuat sarang hingga bisa memblokir sensor-sensor utama pesawat.


Menurut data International Air Transport Association (IATA) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pendaratan yang tak mulus di suatu bandara pada tahun ini. Hal ini dapat mengakibatkan pendaratan yang keras, landasan pacu melampaui batas (pesawat tergelincir keluar) atau bahkan tabrakan.


Selain itu, Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (European Union Aviation Safety Agency/EASA) telah melaporkan "tren yang mengkhawatirkan" dalam jumlah laporan pembacaan kecepatan dan ketinggian yang tidak sesuai selama penerbangan pertama setelah pesawat meninggalkan penyimpanan. Dalam beberapa kasus pesawat batal terbang atau harus kembali ke pangkalan.


Beberapa kejadian menunjukkan bahwa data kecepatan dan ketinggian tidak sesuai. Ini disebabkan sensor yang kotor lantaran serangga atau kotoran lain yang menghambat pitot tube (tabung pitot).


Dalam laporan Reuters, sarang serangga yang tidak terdeteksi dalam tabung pitot pesawat --instrumen berlubang di bagian luar pesawat yang berguna untuk mengukur kecepatan udara-- bisa membahayakan pesawat. Bagi tawon, tabung pitot adalah rongga yang sempurna untuk membangun sarang.


Sementara menurut Bloomberg, pesawat yang diparkir tetap dirawat dengan memanaskan mesin secara berkala, serta menyalakan sistem perangkat elektronik untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Jika tidak, mesin dan sensor harus tetap tertutup untuk melindunginya dari debu dan pasir.

https://movieon28.com/movies/the-secret-in-their-eyes/


Maskapai mungkin memutuskan untuk menyimpan bahan bakar di tangki pesawat agar tetap terlumasi. Selain itu harus meletakkan cairan hidrolik pada roda pendaratan untuk mencegah karat, dan memutar roda pesawat setiap beberapa minggu dengan menariknya di sekitar landasan atau mendongkrak dan memutarnya.


Berdasarkan grafik kecepatan dan informasi lainnya, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 kehilangan ketinggian secara drastis.


"Pesawat kehilangan ketinggian secara drastis pada ketinggian 10 ribu kaki, sedangkan kecepatan vertikal atau kecepatan turunnya mendekati 30 ribu kaki per menit. Jadi kalau ada di ketinggian 10 ribu kaki, pesawat terhempas ke permukaan hanya butuh sepertiga menit atau 20 detik," imbuh Alvin.

Sriwijaya Air kehilangan ketinggian secara drastis

Berdasarkan grafik kecepatan dan informasi lainnya, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 kehilangan ketinggian secara drastis. Pada saat itu, menurut Alvin pesawat sudah tidak dapat dikendalikan. Jika ditanya soal kemungkinan penyebab pesawat jatuh, Alvin mengungkapkan kemungkinan cuaca buruk tidak dapat jadi alasan.


"Untuk unsur cuaca, rasa-rasanya nggak segitunya (pesawat sampai kehilangan ketinggian drastis) karena di saat yang sama banyak pesawat melakukan penerbangan di wilayah yang sama," jelasnya.


Kemungkinan lain, dikatakannya, pesawat mengalami masalah dengan sistem kendali. Kalau masalah terjadi pada mesin, kondisi jatuhnya pesawat tidak akan seperti yang dialami Sriwijaya Air SJ182.


Alvin menjelaskan jika mesin bermasalah, pesawat masih bisa melayang, begitu pula jika dua mesin mati. Pesawat masih bisa melayang dan dikendalikan untuk mendarat darurat.


Alvin juga sempat mengecek tidak ada may day call atau panggilan darurat. Pilot pun tidak melaporkan kerusakan atau kondisi darurat ke pihak air traffic controller (ATC) atau pengatur lalu lintas penerbangan.


"Kemungkinan ini terjadi sedemikian cepat dan mendadak, sehingga pilot tidak sempat berbuat apa-apa," imbuhnya.

https://movieon28.com/movies/the-beauty-inside/