Senin, 04 Januari 2021

Bocah 12 Tahun Gugat TikTok karena Privasi Data

 Seorang bocah berusia 12 tahun asal London, Inggris menggugat TikTok terkait masalah privasi data. Begini penjelasannya.

Dalam gugatan tersebut disebutkan kalau TikTok melanggar aturan perlindungan data yang diterapkan oleh Uni Eropa. Dan si bocah 12 tahun ini merasa kalau privasinya sudah dilanggar oleh TikTok.


Pengadilan pun mengizinkan gugatan ini didaftarkan secara anonim, dan ia diwakili oleh Anne Longfield, Komisioner Anak di Inggris.


Menurut Longfield, anonimitas ini sangat penting bagi si bocah penggugat. Pasalnya jika identitasnya dibuka, ia bisa mendapat perisakan dari anak-anak lain, atau juga pengguna TikTok lainnya.


Belum lagi mempertimbangkan reaksi negatif atau yang tak bersahabat dari influencer media sosial, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Senin (4/1/2021).


Di Eropa sendiri, TikTok tengah mendapat pengawasan ketat terkait pengumpulan data pribadi anak-anak. Bahkan sampai ada gugus tugas khusus yang dibuat untuk menginvestigasi masalah ini.


Namun TikTok sendiri mengaku bahwa keamanan data dan privasi pengguna adalah prioritas utama mereka, dan mereka mengaku punya aturan dan teknologi ketat untuk melindungi penggunanya, terutama penggunanya yang masih belia.


"Privasi dan keamanan adalah prioritas utama bagi TikTok dan kami punya teknologi, aturan, dan proses ketat untuk melindungi semua pengguna, termasuk pengguna kami yang masih muda," tulis TikTok dalam pernyataannya.


Selain di Eropa, TikTok -- tepatnya ByteDance, induk mereka -- saat ini masih mendapat tekanan di Amerika Serikat terkait data pribadi penggunanya. Mereka dianggap mencuri data pribadi warga AS dan menyetorkannya ke pemerintah China.


Meski mendapat tekanan dari berbagai pihak, popularitas TikTok saat ini tetaplah tinggi. Sejauh ini jika ditotal dari App Store dan Play Store, TikTok sudah diunduh lebih dari 2 miliar kali, dengan lebih dari 800 juta pengguna aktif.

https://indomovie28.net/movies/dreams-of-eroticism


5 Aplikasi Untuk Belajar Bahasa Inggris, Rusia dan Lainnya


Belajar bahasa asing untuk menambah skill di tahun baru 2021 tidak ada salahnya untuk dicoba. Yuk pakai bantuan aplikasi biar lebih lancar dalam berbahasa dan memperkaya kosa kata.

Dirangkum detikINET, berikut ini beberapa aplikasi yang recommended untuk dicoba. Selamat belajar bahasa asing, detikers!


1. Babbel

Di sini kamu tidak hanya bisa belajar Bahasa Inggris tapi juga Jerman, Portugal, Belanda, Swedia, Turki, sampai Rusia. Aplikasi ini menyediakan cara untuk meningkatkan pronunciation, mengingat apa yang sudah dipelajari sebelumnya, dan bisa dilakukan dengan waktu singkat yakni kurang dari 15 menit.


Aplikasi ini mendapatkan rating 4.5 di Google Play Store oleh lebih dari 567 ribu reviewers.


2. Duolingo

Aplikasi ini disebut memiliki ruang tatap muka yang baik dan menarik untuk belajar beragam bahasa. Duolingo bahkan sudah diinstal 100 juta kali dan mendapatkan rating 4.6 dari 10 juta lebih reviewers.


Bahasa yang bisa dipelajari antara lain Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, Arab, Hawaiian, Vietnam, Korea bahkan Norwegia. Lengkap banget tuh. Ada juga quiz yang membantu kamu belajar dengan cara yang lebih fun.

https://indomovie28.net/movies/dreamscape/

Performa Konsol Makin Mendekati PC

 Dua konsol terbaru saat ini, PlayStation 5 (PS5) dan Xbox Series X, punya satu kesamaan. Yaitu performanya yang semakin mendekati PC.

Harus diakui, saat ada peluncuran konsol baru, akan banyak perdebatan mengenai performa konsol tersebut dibandingkan kemampuan PC dalam memainkan game. Biasanya, dalam perbandingan ini, PC pada generasi tersebut selalu menang jauh. Setidaknya itu yang terjadi saat Sony merilis PS4 pada 2013.


Namun pada tahun 2020 ini, saat PS5 dan Xbox Series X dirilis, performanya tak terpaut jauh dibanding PC. Bahkan jika dibandingkan dengan PC di kelas harga yang sama, performa dua konsol tersebut malah lebih tinggi.


Saat PS4 dirilis, banyak yang mencibir konsol tersebut karena performanya hanya setara dengan PC (nyaris) kelas bawah. Chip grafis PS4 hanya setara dengan Radeon HD 7850, saat itu harganya USD 140, alias lebih rendah dari komponen kelas menengah pada zamannya.


Artinya, dengan harga yang sama, pengguna bisa merakit PC dengan kemampuan komputasi yang lebih tinggi dibanding PS4. Namun kini dengan PS5, rasanya sulit merakit PC dengan harga di bawah Rp 10 juta yang mampu memainkan game dengan resolusi 4K dengan lancar dan frame rate yang tak rendah-rendah amat.


Apa yang membedakan antara konsol saat ini dengan konsol generasi sebelumnya?


Perbedaan utama dari konsol saat ini dengan konsol generasi sebelumnya ada pada AMD, pembuat komponen PC yang chipnya dipakai oleh Sony dan Microsoft pada konsol buatannya, demikian dikutip detikINET dari Wired, Senin (4/1/2021).


Saat PS4 dan Xbox One dirilis, kondisi AMD bisa dibilang tak terlalu bagus. Komponen buatannya punya performa yang kalah dibanding komponen buatan Intel, rivalnya. Parahnya, chip Jaguar AMD yang dipakai di konsol malah versi lambat dari CPU untuk PC, yang performanya pun tak terlalu bagus.


Sementara saat PS5 dan Xbox Series X dirilis, performa AMD sedang bagus-bagusnya. Deretan prosesor Ryzen mereka punya performa yang tinggi, lebih tinggi dibanding jajaran prosesor buatan Intel. Begitu juga dengan GPU AMD yang relatif bersaing dengan GPU buatan Nvidia.


Karena itulah, saat PS5 dan Xbox Series X dirilis dengan kombinasi CPU Zen 2 dan GPU RDNA 2, performa kedua konsol ini juga relatif bersaing dibanding PC yang ada. Tak cuma itu, kedua konsol ini pun menggunakan storage yang sangat kencang, setara atau bahkan lebih kencang dibanding yang ada untuk PC saat ini.


Namun memang perdebatan antara PC dan konsol rasanya tak adil jika hanya membicarakan kemampuan komputasi. Pasalnya keduanya memang dua produk yang berbeda, di mana PC punya kemampuan bermacam yang tak melulu untuk bermain game.


Sementara konsol hanya bisa dipakai bermain game (dan beberapa kegiatan hiburan lain seperti menonton video). Karena itulah pengalaman penggunanya memang dioptimalkan untuk keperluan itu.

https://indomovie28.net/movies/erotic-day-dream/


Bocah 12 Tahun Gugat TikTok karena Privasi Data


Seorang bocah berusia 12 tahun asal London, Inggris menggugat TikTok terkait masalah privasi data. Begini penjelasannya.

Dalam gugatan tersebut disebutkan kalau TikTok melanggar aturan perlindungan data yang diterapkan oleh Uni Eropa. Dan si bocah 12 tahun ini merasa kalau privasinya sudah dilanggar oleh TikTok.


Pengadilan pun mengizinkan gugatan ini didaftarkan secara anonim, dan ia diwakili oleh Anne Longfield, Komisioner Anak di Inggris.


Menurut Longfield, anonimitas ini sangat penting bagi si bocah penggugat. Pasalnya jika identitasnya dibuka, ia bisa mendapat perisakan dari anak-anak lain, atau juga pengguna TikTok lainnya.


Belum lagi mempertimbangkan reaksi negatif atau yang tak bersahabat dari influencer media sosial, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Senin (4/1/2021).


Di Eropa sendiri, TikTok tengah mendapat pengawasan ketat terkait pengumpulan data pribadi anak-anak. Bahkan sampai ada gugus tugas khusus yang dibuat untuk menginvestigasi masalah ini.


Namun TikTok sendiri mengaku bahwa keamanan data dan privasi pengguna adalah prioritas utama mereka, dan mereka mengaku punya aturan dan teknologi ketat untuk melindungi penggunanya, terutama penggunanya yang masih belia.

https://indomovie28.net/movies/wet-dream-2/