Lewat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemerintah telah menetapkan enam vaksin virus Corona COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9860 Tahun 2020.
"Menetapkan jenis vaksin Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd, sebagai jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia," tulis keputusan tersebut, dikutip pada Minggu (6/12/2020).
Nantinya, sejumlah vaksin COVID-19 ini baru bisa digunakan setelah mendapat izin edar atau persetujuan penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Keputusan tersebut telah ditandatangani oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pada 3 Desember 2020. Selain itu, Menkes juga dapat mengubah daftar jenis vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional.
Dijelaskan juga, pengadaan vaksin dalam program vaksinasi ini akan dilakukan oleh Menteri Kesehatan. Sedangkan, untuk kebutuhan pelaksanaan vaksinasi mandiri akan dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
https://indomovie28.net/movies/the-monkey-king-the-legend-begins/
Ini Gejala COVID-19 yang Paling Sering Muncul pada Anak
Studi terbaru di Kanada menemukan dari ribuan anak yang dites positif COVID-19, sebagian dari mereka merasakan gejala sakit perut, kehilangan indra penciuman dan perasa, serta demam dan sakit kepala.
Namun, para peneliti juga mencatat bahwa sepertiga dari anak-anak dan remaja yang positif terinfeksi virus Corona tidak menunjukkan gejala COVID-19.
"Karena lebih dari sepertiga pasien anak-anak yang dites positif terinfeksi SARS-CoV-2 tidak menunjukkan gejala, maka menjadi tantangan untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin terinfeksi," ucap Dr Finlay McAlister dari University of Alberta, yang juga merupakan rekan penulis, dikutip dari WebMD.
"Proporsi infeksi SARS-CoV-2 tanpa gejala pada anak-anak kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang telah kami laporkan, mengingat kemungkinan banyak yang tidak hadir untuk dites," tambahnya.
Selain itu, batuk dan pilek juga kerap terjadi pada anak-anak yang dites positif COVID-19. Namun, para peneliti tidak menganggapnya sebagai gejala COVID-19, karena keluhan ini juga muncul pada anak-anak yang hasil tesnya negatif.
"Banyak gejala serupa influenza (seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan) yang sama, atau lebih umum pada anak-anak yang dites negatif untuk SARS-CoV-2," tulis peneliti.
Dalam studi ini, mereka meneliti sebanyak lebih dari 2.400 anak di Provinsi Alberta, Kanada, yang dites COVID-19 pada 13 April hingga 30 September 2020.
Para peneliti menemukan, kehilangan indra penciuman dan perasa tujuh kali lebih tinggi terjadi pada anak-anak yang positif COVID-19. Sementara gejala sakit perut terjadi lima kali lebih tinggi dan sakit kepala dua kali lebih tinggi.
Sedangkan gejala demam, 68 persen lebih mungkin terjadi pada anak-anak dengan hasil tes positif COVID-19.
Peneliti juga menemukan, kombinasi gejala sakit kepala, sakit perut, dan kehilangan indra penciuman dan perasa kemungkinan 65 kali lebih tinggi terjadi pada anak-anak yang dites positif COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gejala tersebut.