Rabu, 04 November 2020

Duh, Dokter Ini Ketipu Rp 3 Miliar Demi Beli Lampu Aladin Biar Cepat Kaya

 Seorang dokter asal Meerut, Uttar Pradesh, India, tertipu karena membeli lampu aladin ajaib yang mampu mengeluarkan jin dan bisa mengabulkan segala macam permintaan dengan harga 201.200 dollar AS atau sekitar Rp 3 miliar.

Kisah penipuan ini berawal saat seorang dokter bernama Laeek Khan menemui pasien bernama Sameena di rumahnya untuk menyembuhkan lukanya pasca operasi. Ketika di rumah pasien tersebut, ia bertemu dengan Islamuddin yang mengaku dirinya memiliki kekuatan magic.


Islamuddin lantas berbohong bahwa dia bisa membuat Khan kaya raya melalui jin yang bisa mengabulkan segala macam permintaan yang keluar dari lampu Aladdin.


Dokter tersebut akhirnya membuat pengaduan kepada polisi, ia mengatakan bahwa dia bertemu dengan kedua pria tersebut dengan ketika dia mulai merawat seorang wanita yang dia pahami sebagai ibu mereka selama sebulan.


"Secara bertahap mereka mulai bercerita tentang seorang baba (dewa) yang mereka klaim juga mengunjungi rumah mereka. Mereka mulai mencuci otak saya dan meminta saya untuk bertemu dengan baba ini," katanya, dikutip dari laman BBC.


Selain itu, dokter juga bercerita bahwa, pernah dalam satu kali kunjungan 'Aladdin' benar-benar muncul dihadapannya. Dan kemudian dokter tersebut baru menyadari bahwa satu dari tersangka berdandan seperti 'Aladdin'.


"Dalam satu kunjungan 'Aladdin' benar-benar muncul di depan saya," jelas dokter tersebut.


Laporan lain di media India menunjukkan bahwa para tersangka berpura-pura sebagai jin, untuk meyakinkan dokter tentang keaslian lampu tersebut.


Khan sebelumya setuju untuk membelinya namun dengan cara dicicil. Ketiganya membuat perjanjian bahwa Khan hanya boleh menyentuh lampu Aladdin jika cicilannya sudah lunas.

https://kamumovie28.com/2089-2/


Gejala COVID-19 Anosmia Disebut Lebih Meyakinkan daripada Batuk


 Sebuah penelitian menunjukkan anosmia atau kehilangan indera penciuman jadi gejala COVID-19 yang lebih meyakinkan daripada batuk atau demam.

Studi oleh University College London (UCL) pada 590 orang yang kehilangan indera penciuman atau perasa secara tiba-tiba menemukan sebanyak 80 persen atau empat dari lima di antara mereka memiliki antibodi COVID-19, artinya mereka pernah terinfeksi penyakit tersebut.


Dari mereka yang memiliki antibodi, 40 persen tak memiliki gejala COVID-19 lainnya. Hal ini jadi bukti bahwa kehilangan indera penciuman merupakan tanda-tanda terinfeksi virus corona mulai pada April.


Kehilangan indera penciuman secara resmi dimasukkan sebagai gejala COVID-19 pada pertengahan bulan Mei.


"Temuan kami menunjukkan bahwa hilangnya bau dan rasa adalah indikator yang sangat dapat diandalkan bahwa seseorang kemungkinan besar mengidap COVID-19," kata penulis utama penelitian, Profesor Rachel Batterham, dikutip dari laman UCL.


Walau tidak semua pasien COVID-19 akan kehilangan indera penciuman atau perasa, jika seseorang kehilangan indera penciuman kemungkinan besar itu disebabkan virus corona, kata penelitian ini.


Prof Rachel Batterham, mengatakan, meski anosmia jadi pertanda yang lebih meyakinkan, batuk dan demam masih dilihat banyak orang sebagai gejala utama yang harus diwasapadai.


Meskipun kehilangan indera penciuman dianggap sebagai gejala ringan dan tak perlu dibawa ke rumah sakit, Prof Batterham menunjukkan potensi bahaya dari hilangnya indera penciuman, di antaranya tak mampu untuk mendeteksi asap, gas yang bocor atau makanan yang sudah busuk.


Jika diderita dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut juga dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup masyarakat.


"Temuan ini menekankan pentingnya orang untuk mewaspadai perubahan pada indera penciuman dan perasa, kemudian melakukan isolasi mandiri ketika mereka menyadari tak bisa mencium bau seperti parfum, pemutih, pasta gigi, atau kopi," jelas Prof Batterham.

https://kamumovie28.com/kill-zone-2-2015/

WHO Sebut Eropa Jadi Epicenter COVID-19, 5 Negara Ini Lockdown Lagi

 Negara-negara di Eropa kembali mencatat lonjakan kasus COVID-19. Beberapa di antaranya akhirnya memilih untuk menerapkan lockdown kedua.

Sempat 'sukses' menghadapi gelombang pertama COVID-19, kini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebut Eropa kini kembali menjadi episentrum pandemi COVID-19. Mengapa?


"Eropa kembali menjadi episentrum pandemi ini," sebut Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, Dr Hans Kluge.


Inggris juga memilih untuk kembali menerapkan lockdown selama 4 pekan mendatang, hingga 2 Desember 2020. Dirangkum detikcom dari berbagai sumber berikut 8 negara yang akhirnya kembali menerapkan lockdown.


1. Austria

Austria menetapkan lockdown kedua usai pandemi COVID-19 menjadi tak terkendali di dua pekan terakhir. Pemerintah Rusia rencananya menerapkan beberapa tindakan untuk menekan lonjakan COVid-19 yang tengah dihadapi.


Kanselir Austria Sebastian Kurz mengumumkan lockdown kedua ini pada Sabtu (31/10/2020). Aturan lockdown yang kembali diterapkan mengikuti Jerman.


"Sekolah, penata rambut, dan toko non-esensial akan tetap buka kali ini, dan larangan meninggalkan rumah hanya berlaku pada malam hari," sebutnya.


"Restoran, kafe, dan hotel akan tutup kecuali makanan untuk dibawa pulang dan untuk pelancong bisnis. Gym, bioskop, dan teater juga akan ditutup. Aturan akan mulai berlaku pada hari Selasa dan tetap berlaku hingga akhir November," jelas Sebastian Kurz.

https://kamumovie28.com/31-2016/


2. Inggris

Selain Austria, Inggris juga ikut menerapkan lockdown. Berdasarkan laporan worldometers terkini Inggris berada di peringkat 9 tertinggi di dunia.


Lebih dari 1 juta kasus COVID-19 tercatat dengan penambahan kasus baru terakhir lebih dari 20 ribu kasus yaitu 21.915. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan lockdown pada Sabtu (31/10/2020).


"Natal mungkin sangat berbeda," jelas Boris.


Lockdown disebut Boris akan berlaku hingga 2 Desember. Namun, lockdown kali ini berbeda dengan sebelumnya.


"Pub, restoran, gym, dan toko non-esensial harus tutup selama empat minggu mulai Kamis," kata Boris.


"Tetapi tidak seperti batasan di musim semi, sekolah, perguruan tinggi, dan universitas dapat tetap buka. Setelah 2 Desember, pembatasan akan dilonggarkan dan daerah akan kembali ke sistem berjenjang," pungkasnya.


3. Prancis

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (28/10/2020), memerintahkan negara-nya kembali lockdown. Bahaya gelombang besar COVID-19 disebut mengintai beberapa Prancis karena akan memasuki musim dingin.


"Virus itu beredar dengan kecepatan yang bahkan tidak diantisipasi oleh perkiraan yang paling pesimistis," kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari Reuters.


"Seperti semua tetangga kami, kami tenggelam oleh percepatan virus yang tiba-tiba," lanjutnya.


4. Jerman

Kasus COVID-19 di Jerman pun kembali mengalami lonjakan. Kanselir Jerman Angela Merkel pada Rabu (28/10/2020), mengumumkan akhirnya kembali lockdown.


Selama lockdown, Jerman akan menutup menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 hingga 30 November mendatang. Berdasarkan laporan worldometers per Minggu (1/11/2020) ada lebih dari 10 ribu kasus yang tercatat.


Jerman menjadi peringkat ke 15 dengan total kasus COVID-19 terbanyak di dunia. Ada 544.346 kasus COVID-19 yang tercatat di sana.


5. Belgia

Belgia menjadi salah satu negara Eropa yang ikut memberlakukan lockdown, tetapi secara parsial. Beberapa toko terpaksa ditutup kembali dan aktivitas apapun yang memungkinkan banyak kontak dekat terjadi dilarang.


Seperti halnya salon, gym, kolam renang, fasilitas budaya dan rekreasi lainnya ditutup. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa pada hari Jumat menempatkan Belgia sebagai negara yang terkena dampak terburuk di blok 27 negara, dengan 1.600 kasus per 100.000 orang.


Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit selama seminggu terakhir 77 persen lebih tinggi dari minggu sebelumnya, dan 10 persen lebih tinggi dari rekor sebelumnya.

https://kamumovie28.com/alleycats-2016/