Rabu, 14 Oktober 2020

Cristiano Ronaldo Positif Corona, Satu Lagi Bukti Bugar Tak Dijamin Kebal

 Bintang sepakbola Portugal dan Juventus, Cristiano Ronaldo, dinyatakan positif Corona. Hal ini disampaikan melalui pernyataan Federasi Sepak Bola Portugal di situs resminya.

Menurut pernyataan tersebut, Ronaldo dinyatakan tertular virus Corona setelah ia menjalani tes. Pesepakbola ini pun tidak memiliki gejala apapun saat tertular COVID-19.


"Ronaldo baik-baik saja, tanpa gejala dan dalam isolasi," tulis pernyataan tersebut yang dikutip dari CNN International, Selasa (13/10/2020).


Sebagai seorang atlet, Ronaldo pastinya mempunyai tubuh yang bugar. Tetapi, kenapa masih bisa terinfeksi virus Corona?


"Itu bisa dikatakan olahraganya terlalu berat, sehingga imunitas tubuhnya turun," jelas praktisi kesehatan olahraga dari Slim and Health Sports Therapy, dr Michael Triangto SpKO, pada detikcom beberapa waktu lalu.


Orang-orang seperti Ronaldo yang sangat rutin berolahraga tidak menjamin imunitasnya selalu tinggi. Terutama bagi para atlet yang memang memiliki target yang harus dipenuhi, sehingga bisa saja menjadi salah satu faktor penyebab turunnya imunitas.


Pendek kata, olahraga bagi seorang atlet seperti Ronaldo punya tujuan lain di luar kebugaran. Ketika seseorang berolahraga untuk mencapai preforma atau prestasi tertentu, maka porsi latihannya akan sangat tinggi, tidak seperti olahraga yang dilakukan untuk jaga kebugaran.


Virus Corona akan menyerang sistem kekebalan tubuh. Semakin tinggi intensitas olahraga seseorang, maka akan semakin besar juga risiko daya tahan tubuh mereka turun dan mudah terinfeksi COVID-19.


"Kalau kita berolahraga berat, kemungkinan kita terinfeksi menjadi lebih besar daripada orang yang tidak berolahraga sama sekali," ujarnya.


"Banyak orang yang berpikir lebih banyak berolahraga akan semakin sehat. Tidak. Berolahraga berlebihan juga tidak sehat," imbuh dr Michael.

https://nonton08.com/mothers-job/


Begini Cara Tangani Anak yang Terinfeksi COVID-19


 Virus Corona COVID-19 bisa menginfeksi siapa saja termasuk anak-anak. Lantas bagaimana jika anak terinfeksi dan seperti apa penanganannya?

Dokter spesialis Anak dari RSUD Jati Padang, dr Charles, MSc, SpA, mengatakan, pada dasarnya perawatan anak yang terinfeksi COVID-19 tidak jauh berbeda dengan orang dewasa.


"Untuk beberapa kasus yang ringan dan tanpa gejala memang bisa dilakukan isolasi mandiri dan pengobatannya hanya suportif pada anak-anak. Jadi tidak hampir berbeda dengan orang dewasa," ujar dr Charles dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (14/10/2020).


Meski begitu, dr Charles menjelaskan bahwa ada kesulitan tersendiri dalam penanganan anak yang harus isolasi mandiri di rumah sakit.


"Anak-anak kan tidak seperti orang dewasa. Jadi dia perlu didampingi, apakah didampingi oleh keluarga terdekatnya yang negatif (COVID-19) atau yang positif juga itu kan jadi kesulitan juga," jelasnya.


Namun, apabila isolasi mandiri dilakukan di rumah, dr Charles menegaskan protokol kesehatannya harus tetap dilaksanakan agar risiko penularan COVID-19 dari anak tidak terjadi.

https://nonton08.com/garoojigi-stud-the-beginning/

Relawan Sakit, Sampai Kapan Uji Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Disetop?

  Johnson & Johnson menghentikan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 buatannya karena salah seorang relawan mengalami 'unexplained illness'. Butuh waktu beberapa hari untuk melanjutkan lagi uji klinis yang dilakukan.

Selama uji klinis dihentikan sementara, badan pengawas keamanan akan mengevaluasi kondisi relawan. Temuan dari evaluasi tersebut nantinya dikirim ke US Food and Drug Administration (FDA) sebelum uji klinis bisa dilanjutkan lagi.


"Akan butuh beberapa hari minimal agar informasi yang tepat bisa dikumpulkan dan dievaluasi," kata Mathai Mammen, kepala penelitian dan pengembangan Johnson & Johnson, dikutip dari Reuters, Rabu (14/10/2020).


Mammen juga mengatakan, perusahaan tidak tahu apakah relawan yang sakit mendapatkan suntikan vaksin atau plasebo. Ini dikarenakan studi dilakukan secara blinded.


Penghentian sementara uji klinis vaksin Johnson & Johnson ini terjadi setelah sebelumnya AstraZeneca juga menghentikan uji klinis kandidat vaksin hasil kerja sama dengan University of Oxford. Uji klinis di Inggris, Brazil, Afrika Selatan, dan India, sudah dilanjutkan, sedangkan di AS masih menunggu evaluasi.


Baik vaksin Johnson & Johnson maupun AstraZeneca sama-sama menggunakan versi tidak berbahaya dari adenovirus yang dimodifikasi untuk mengirimkan instruksi genetik pada sel-sel imun tubuh. Efek yang diharapkan adalah respons imun yang mentarget virus.

https://nonton08.com/her-deep-love-affair-directors-cut/


Cristiano Ronaldo Positif Corona, Satu Lagi Bukti Bugar Tak Dijamin Kebal


Bintang sepakbola Portugal dan Juventus, Cristiano Ronaldo, dinyatakan positif Corona. Hal ini disampaikan melalui pernyataan Federasi Sepak Bola Portugal di situs resminya.

Menurut pernyataan tersebut, Ronaldo dinyatakan tertular virus Corona setelah ia menjalani tes. Pesepakbola ini pun tidak memiliki gejala apapun saat tertular COVID-19.


"Ronaldo baik-baik saja, tanpa gejala dan dalam isolasi," tulis pernyataan tersebut yang dikutip dari CNN International, Selasa (13/10/2020).


Sebagai seorang atlet, Ronaldo pastinya mempunyai tubuh yang bugar. Tetapi, kenapa masih bisa terinfeksi virus Corona?


"Itu bisa dikatakan olahraganya terlalu berat, sehingga imunitas tubuhnya turun," jelas praktisi kesehatan olahraga dari Slim and Health Sports Therapy, dr Michael Triangto SpKO, pada detikcom beberapa waktu lalu.


Orang-orang seperti Ronaldo yang sangat rutin berolahraga tidak menjamin imunitasnya selalu tinggi. Terutama bagi para atlet yang memang memiliki target yang harus dipenuhi, sehingga bisa saja menjadi salah satu faktor penyebab turunnya imunitas.


Pendek kata, olahraga bagi seorang atlet seperti Ronaldo punya tujuan lain di luar kebugaran. Ketika seseorang berolahraga untuk mencapai preforma atau prestasi tertentu, maka porsi latihannya akan sangat tinggi, tidak seperti olahraga yang dilakukan untuk jaga kebugaran.


Virus Corona akan menyerang sistem kekebalan tubuh. Semakin tinggi intensitas olahraga seseorang, maka akan semakin besar juga risiko daya tahan tubuh mereka turun dan mudah terinfeksi COVID-19.


"Kalau kita berolahraga berat, kemungkinan kita terinfeksi menjadi lebih besar daripada orang yang tidak berolahraga sama sekali," ujarnya.


"Banyak orang yang berpikir lebih banyak berolahraga akan semakin sehat. Tidak. Berolahraga berlebihan juga tidak sehat," imbuh dr Michael.

https://nonton08.com/my-uncles-wife/