Sebuah studi baru menunjukkan virus Corona mampu bertahan hingga beberapa jam di kulit manusia. Untuk menghindari kemungkinan menginfeksi sukarelawan sehat, peneliti melakukan percobaan laboratorium menggunakan kulit mayak yang seharusnya digunakan untuk cangkok kulit.
Dikutip dari Reuters, studi yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases tersebut membandingkan ketahanan virus influenza dan Corona. Hasilnya, virus influenza bertahan kurang dari dua jam di kulit manusia sementara virus Corona mampu bertahan selama lebih dari sembilan jam.
Tim dari Kyoto Prefectural University of Medicine, Jepang, mengatakan informasi tentang waktu bertahan hidup virus pada kulit dapat membantu mengembangkan pendekatan untuk mencegah penularan melalui kontak dan menunjukkan betapa pentingnya mencuci tangan.
"Stabilitas sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) pada kulit manusia masih belum diketahui, mengingat bahaya paparan virus pada manusia," tulis para penulis.
Temuan yang tidak kalah penting juga menunjukkan kedua virus tersebut benar-benar mati dalam waktu 15 detik saat diberi handsanitizer yang mengandung alkohol 80 persen.
"Penemuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting untuk pencegahan penyebaran SARS-CoV-2," tambahnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan penggunaan antiseptik berbasis alkohol dengan alkohol 60 hingga 95 persen atau mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik.
https://kamumovie28.com/get-a-job/
Aksi Tolak Omnibus Law Dibayangi Pandemi COVID-19, Waspadai Klaster Demo!
Aparat keamanan kini tengah melakukan persiapan untuk mengantisipasi aksi demo buruh penolakan Omnibus Law, Selasa (6/10/2020).
Pihak kepolisian pun telah memberikan peringatan agar para buruh tidak benar-benar melaksanakan aksinya. Pasalnya, jika demo ini terjadi, risiko penularan virus Corona COVID-19 akan semakin besar.
"Polri tidak memberikan izin aksi demonstrasi atau kegiatan lainnya yang menyebabkan terjadinya kerumunan orang dengan tujuan mencegah penyebaran COVID. Ini juga sejalan dengan Maklumat Kapolri. Kami minta masyarakat untuk mematuhinya," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono, Senin (5/10/2020).
Apa ada risiko terjadinya klaster demo?
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, mengatakan bahwa jika ada satu atau dua orang dalam demo tersebut yang positif COVID-19 dan tanpa sadar menularkan ke orang lain, ini bisa menimbulkan terjadinya klaster demo.
"Itu yang kita sebut sebagai klaster, (penularannya) pada kegiatan itu, ada satu dua orang yang terinfeksi kemudian menularkan ke banyak orang, itu yang kita sebut sebagai klaster," kata Pandu saat dihubungi detikcom, Selasa (6/10/2020).
Bagaimana risiko penularan COVID-19 saat demo?
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, mengatakan bahwa selama demo umumnya orang-orang akan sulit untuk memperhatikan protokol kesehatan, sehingga risiko penularan COVID-19 akan menjadi besar.
"Demo itu kan kumpul-kumpul, sulit jaga jarak, kemudian sebagian ada yang pakai masker, tapi sebagian kecil tidak pakai masker. Nah itu yang tidak pakai masker siap-siap menularkan COVID-19," ucap dr Miko dalam wawancara terpisah.
Sementara itu, Pandu menjelaskan, meski nantinya demo dilakukan saat cuaca sedang panas, itu tidak akan mengurangi risiko paparan COVID-19.
"Panas-panas kan (itu) udaranya, orangnya nggak panas, orang dia hidup dalam orang, virusnya kan di dalam orang," jelasnya.
"Apalagi pakai teriak-teriak itu kan ada semburan-semburan (droplet)," tuturnya.