Peneliti China ajukan hak paten obat hasil eksperimen yang mereka yakini bisa memerangi virus corona baru. Institut Virologi Wuhan yang berada di pusat kota China ini tengah mengajukan permohonan penggunaan obat antivirus yang dikenal dengan remdesivir, untuk mengobati virus corona baru.
Berdasarkan pernyataan yang dimuat di situs Institut Virologi Wuhan, Tiongkok, pengajuan hak paten obat itu sudah dilakukan sejak 21 Januari kemarin. Temuan para ilmuwan menunjukkan kombinasi remdesivir dan chloroquine ketika diuji coba ke virus corona baru (2019-nCov) di laboratorium sangat efektif untuk memerangi virus corona baru.
Berbeda dengan remdesivir yang merupakan antivirus terbaru, chloroquine adalah obat antimalaria yang dikenal sejak 80 tahun yang lalu. Tiongkok sudah bisa memproduksi chloroquine sehingga mereka tinggal membutuhkan paten untuk menggunakan remdesivir. Remdesivir saat ini dalam tahap uji klinis terhadap pasien yang menderita infeksi virus corona di Tiongkok, demikian tulis situs Straits Times.
Kepala Staf Medis Gilead, Merdad Parsey, mengatakan saat ini ada dua pasien dengan gejala infeksi virus corona yang parah dirawat dengan remdesivir.
Gilead mengirimkan obat itu dalam dosis yang diperkirakan cukup untuk merawat 500 pasien dan pasokan itu bisa ditambah jika uji klinis tersebut berhasil. Hingga Rabu (5/2/2020). Sementara itu sampai saat ini Gilead, bekerja cepat untuk menghasilkan lebih banyak obat.
Kelamaan Pakai Headset Wanita Ini Disebut Tuli Mendadak, Catat Batas Amannya
Seorang wanita berusia 28 tahun dikabarkan satu telinganya mendadak tuli karena berjam-jam memakai earphone. Ia juga disebut memiliki kebiasaan buruk begadang.
Melansir World Of Buzz, Xiao Jing dari Taiwan terbiasa menonton serial drama untuk menghilangkan stres sepulang bekerja setiap hari. Dia selalu memakai earphone saat menonton drama.
Tiba-tiba ia sadar ada yang salah dengan pendengaran di salah satu telinganya. Awalnya dia mengira headset yang ia pakai sudah rusak, namun setelah mencoba mengganti headset dengan yang baru, ia menyadari ada masalah dengan telinganya.
Setelah mencari perawatan medis, dokter mengatakan kalau ia mengalami 'tuli mendadak'. Akhirnya ia dirawat dengan steroid dan terapi oksigen hiperbarik (HBOT), Xiao Jing mendapatkan kembali 80% pendengarannya di telinga kiri dan telah kembali ke rutinitas sehari-harinya dengan normal.
Dr Zhang dari Departemen Otolaringologi Rumah Sakit Luodong Bo-ai, mengatakan bahwa penyebab tuli mendadak ini belum diketahui pasti. Menurutnya, jika seseorang mengalami tuli mendadak, mereka harus segera mencari perawatan medis paling lambat 3 hari, sehingga ada peluang lebih tinggi untuk pulih. Mereka yang didiagnosis 'tuli mendadak' disarankan untuk banyak beristirahat agar mengurangi kemungkinan resiko terjadi lagi.
Sebelumnya, dikatakan dr Linda Herliana, SpTHT-KL, MKes dari RS Permata Depok, sebuah literatur menyebutkan ratio 60 : 60. Artinya pemakaian tidak lebih dari 60 persen volume suara dan tidak lebih dari 60 menit setiap pemakaian.
Namun menurutnya, kemampuan headset dalam mengeluarkan suara bisa mencapai sekitar 120 dB, dan rupanya telinga kita untuk suara setinggi itu hanya sanggup kontak selama sekitar 12 menit dalam satu minggu.
"Artinya dalam 1 hari saraf telinga kita hanya sanggup menerima sekitar kurang dari 2 menit saja," kata dr Linda pada detikcom beberapa waktu lalu.
https://nonton08.com/maju-kena-mundur-kena/