Selasa, 01 September 2020

Banyak Klaim Obat Tradisional Sembuhkan Kanker, Dokter: 80 Persen Hoax!

Dalam pengobatan kanker, sebagian orang langsung menggunakan jalur medis di rumah sakit. Tapi, tak jarang juga yang memilih untuk menggunakan pengobatan tradisional, seperti dengan tumbuhan bahkan hewan.
Seperti pantauan detikcom di salah satu toko online, ada yang menjual hewan seperti undur-undur dan tanaman semacam akar bajakah. Hal itu dipercaya bisa digunakan sebagai obat kanker.

"80 Persen hoax. Obat yang terbukti dong yah dipakai, jangan obat yang belum terbukti, itu saja," tegas Prof Dr dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), saat ditemui di Auditorium RS Kanker Dharmais, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

"Banyak (obat tradisional) yang belum terbukti saat ini (khasiatnya)," imbuhnya.

Ketua Formularium Nasional Prof dr Iwan Dwi Prahasto, M,Med,Sc, Ph, juga mengatakan, tidak boleh begitu saja percaya dengan manfaat dari tumbuhan atau hewan yang katanya bisa jadi obat kanker. Itu karena belum ada uji klinis yang bisa membuktikannya.

"Sampai saat ini, belum ada uji klinis yang solid dan mantap untuk membuktikan kalau itu (obat tradisional) memiliki efek dibandingkan dengan obat kanker yang ada. Itu yang masih menjadi PR kita," jelasnya.

Menurut Prof Iwan, meskipun bisa mengurangi keluhan saat kanker terjadi, obat-obat tradisional itu tidak dianjurkan untuk dijadikan obat. Bahan-bahan tradisional tersebut hanya bisa membantu untuk mengurangi resiko kanker.

IDI: Dokter Tak Boleh Jualan Masker!

Sebagai petugas kesehatan, tentu dokter betugas untuk melayani dan merawat pasien. Tapi, di tengah kelangkaan masker, banyak oknum yang memanfaatkannya untuk menjual masker dengan harga yang fantastis.
Terkait hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonedia (PB-IDI), Dr Daeng M Faqih, SH, MH, mengingatkan bahwa dokter tidak boleh ikut-ikutan jualan masker. Tugas dokter hanya melayani pasien dan sangat dilarang untuk memperjualbelikan alat kesehatan, seperti masker ini.

"Dokter hanya boleh pelayanan, nggak boleh jualan masker," tegas Daeng kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).

Jika seandainya ada dokter yang kedapatan memanfaatkan situasi ini, Daeng menegaskan akan memberikan hukuman berupa sanksi etik.

"Sanksi etik bisa ditegur, bisa dipending praktiknya atau malah diberhentikan sebagai anggota IDI," pungkasnya.

Heboh Wabah Virus Corona, Rumah Sakit Juga Alami Kelangkaan Masker

Kelangkaan masker yang terjadi akibat hebohnya wabah virus corona 2019-nCoV, tak hanya dirasakan oleh masyarakat. Sebab hal ini pun berdampak pada ketersediaan masker di rumah sakit.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonedia (PB-IDI), Dr dr Daeng M Faqih, SH, MH, mengakui bahwa rumah sakit mengalami kekurangan persediaan masker bedah atau yang biasa disebut dengan masker 'ojol'.

"Makanya saya meminta bantuan pemerintah, terutama ya pemerintah BUMN yang memproduksi (masker) itu untuk memperbanyak lah, menambah kapasitas produksinya," kata Daeng, kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).

Ia pun merasa prihatin atas kelangkaan masker yang terjadi. Sebab kejadian ini membuat harga masker menjadi mahal.

"Biar nggak mahal tuh kasihan masyarakat, jadi tambah panik gitu kan jadinya seperti itu," tuturnya.
https://kamumovie28.com/the-gathering/

Terkait Obat Kanker, Ada Berapa Sih yang Dapat Izin BPOM?

Sebagai salah satu penyakit tidak menular yang berbahaya, kanker harus ditangani dengan pengobatan yang tepat. Tak hanya itu, obat kanker yang digunakan juga harus terbukti aman dan berkhasiat.
Di Indonesia, untuk memastikan obat itu layak atau tidak harus melewati pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jadi, ada berapa obat sih yang sudah disahkan BPOM?

"Persisnya kurang tahu, karena obat kanker itu akan meningkat jumlahnya hingga semakin besar," ujar Ketua Formularium Nasional, Prof dr Iwan Dwi Prahasto, M Med, SC, PhD, saat ditemui di Auditorium RS Kanker Dharmais, Kamis (6/2/2020).

"Tapi, kalau kita lihat yang sudah disetujui pihak Food and Drug Administration (FDA) dan lolos uji BPOM, kira-kira per tahun ada sekitar 23-25 obat kanker. Jadi, dalam 5 tahun bisa hampir 180 obat kanker baru yang disetujui BPOM," katanya.

Obat yang disetujui FDA belum tentu semuanya lolos dari BPOM. Prof Iwan mengatakan rata-rata obat dari FDA banyak yang masih belum selesai diuji klinis.

Menurut Prof Iwan obat tersebut tidak bisa digunakan di Indonesia. Penyebabnya, bisa saja hasil atau efek dari obat itu tidak sesuai yang diharapkan. Jika di Amerika, bisa saja obat dicabut atau ditarik dari peredaran.

"Di Indonesia tidak bisa begitu. Nggak bisa sewaktu-waktu obat itu dicabut dari peredaran karena belum selesai uji klinisnya. Jadi, lebih baik tunggu hasil dari BPOM sebagai lembaga yang berwenang," jelas Prof Iwan.

Banyak Klaim Obat Tradisional Sembuhkan Kanker, Dokter: 80 Persen Hoax!

Dalam pengobatan kanker, sebagian orang langsung menggunakan jalur medis di rumah sakit. Tapi, tak jarang juga yang memilih untuk menggunakan pengobatan tradisional, seperti dengan tumbuhan bahkan hewan.
Seperti pantauan detikcom di salah satu toko online, ada yang menjual hewan seperti undur-undur dan tanaman semacam akar bajakah. Hal itu dipercaya bisa digunakan sebagai obat kanker.

"80 Persen hoax. Obat yang terbukti dong yah dipakai, jangan obat yang belum terbukti, itu saja," tegas Prof Dr dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), saat ditemui di Auditorium RS Kanker Dharmais, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

"Banyak (obat tradisional) yang belum terbukti saat ini (khasiatnya)," imbuhnya.

Ketua Formularium Nasional Prof dr Iwan Dwi Prahasto, M,Med,Sc, Ph, juga mengatakan, tidak boleh begitu saja percaya dengan manfaat dari tumbuhan atau hewan yang katanya bisa jadi obat kanker. Itu karena belum ada uji klinis yang bisa membuktikannya.

"Sampai saat ini, belum ada uji klinis yang solid dan mantap untuk membuktikan kalau itu (obat tradisional) memiliki efek dibandingkan dengan obat kanker yang ada. Itu yang masih menjadi PR kita," jelasnya.

Menurut Prof Iwan, meskipun bisa mengurangi keluhan saat kanker terjadi, obat-obat tradisional itu tidak dianjurkan untuk dijadikan obat. Bahan-bahan tradisional tersebut hanya bisa membantu untuk mengurangi resiko kanker.
https://kamumovie28.com/targeted-mother-in-law-and-wife-2/