Di media sosial viral cuplikan video yang menunjukkan dua orang wanita menggunakan iPad sebagai piring makan. Dari beberapa video yang beredar terlihat mereka menggunakan iPad sebagai wadah untuk makan kacang edamame, takoyaki, hingga es krim.
Hingga kini, video yang diunggah di Twitter pada 31 Juli tersebut sudah ditonton hampir satu juta kali. Sebagian netizen memberikan reaksi kagum, mencibir, hingga jijik.
"Makan pake iPad nambah gizi makanan atau nambah kesombongan? Kok malah jadi jorok yah, iPad bekas dipegang-pegang," komentar satu pengguna Twitter.
Influencer kesehatan sekaligus ketua Junior Doctor Network Indonesia dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD, menjelaskan memang permukaan gawai yang jarang dibersihkan bisa jadi sarang kuman. Bahkan ada studi yang menyebut jumlah bakteri di gawai bisa lebih banyak daripada di dudukan kloset.
"Gawai yang tidak dibersihkan bisa lebih jorok dari dudukan WC (semoga gawai tersebut sudah dibersihkan)," kata dr Koko.
"Kumannya mulai dari Staphyloccusaureus, Escherichia coli, sampai SARS-COV-2,"pungkasnya.
3 Pelajaran dari Flu Spanyol, Pandemi yang Mengakhiri Perang Dunia I
Virus Corona COVID-19 bukan pandemi pertama yang melanda dunia. Pada 1918, flu spanyol juga menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia yang saat itu berada di bawah kekuasaan Belanda.
Penelitian Prof Siddharth Chandra dari Michigan State University menjelaskan bahwa di daerah Jawa dan Madura, kurang lebih ada 4,37 juta korban jiwa dari jumlah penduduk sekitar 60 juta orang yang meninggal akibat flu spanyol.
Dari sejarah itulah, masyarakat saat ini kiranya dapat menerapkan 3 upaya yang pernah dilakukan ketika pandemi flu spanyol melanda, yakni :
1. Membuat inter-coordination Agency
Arie Rukmantara, penulis buku sejarah pandemi, mengungkapkan bahwa pemerintah membentuk Inter-coordination Agency (badan yang mengatur koordinasi antar lembaga) ketika terjadinya flu spanyol. Bukan hanya fokus pada urusan kesehatan, melainkan juga memantau urusan pelabuhan untuk mengatur keluar-masuknya penumpang, dan aturan lainnya, seperti karantina, edukasi.
"Timbulnya wabah ini bukanlah tanggung jawab satu orang atau lembaga saja. Makanya, saat itu terbentuklah inter-coordination Agency," jelas Arie dalam diskusi di Channel YouTube BNPB, Senin (03/08/2020).
2. Edukasi
Saat itu, setiap warga Hindia Belanda (Indonesia) diberikan edukasi tentang penularan, gejala, dan hal-hal lain terkait flu spanyol. Pemberian edukasi juga dilakukan lewat pamflet dan ambulance keliling. Untuk mensosialisasikan pencegahan juga dilakukan secara berulang dan terus menerus supaya masyarakat tidak mudah mengabaikan, bahkan melupakannya.
3. Pemberian sanksi
Tidak hanya membuat masyarakat teredukasi dengan sekadar mengetahui seputar pencegahan flu spanyol, melainkan mewajibkan mereka melakukannya juga. Jika mereka melanggar akan dikenai sanksi baik terhadap masyarakat maupun para petugas sesuai dengan aturan yang diatur pada protokol saat itu.
https://indomovie28.net/danur-2-maddah-2/