- Burung penyanyi, inilah sebutan untuk loggerhead shrike. Suaranya sangat merdu, tapi sifatnya sangat sadis jika berburu.
Namanya loggerhead shrike atau burung penyanyi. Hewan ini berasal dari Amerika Utara.
Shrike masuk dalam genus lanus yang artinya adalah seekor pemangsa. Ya, kecil dan lucu tapi sangat berbahaya.
Jika dilihat dari bentuknya, shrike berukuran kecil dan berbulu indah. Cakar dan paruhnya tak mencolok seperti burung pemangsa.
Namun siapa sangka, shrike punya kebiasaan berburu yang sadis. Paruhnya yang kecil digunakan untuk menggigit tulang belakang buruannya.
Begitu dapat, shrike akan mengguncang mangsanya dengan kecepatan tinggi. Guncangan yang diberikan sebanyak 11 kali per detik!
Peneliti mengatakan bahwa guncangan tersebut sebenarnya tidak terlalu cepat. Tapi, gerakan itu sudah mampu untuk merusak tubuh mangsanya.
Setelah mengguncang, shrike akan melakukan fase terakhir untuk membunuh mangsanya. Si mangsa akan ditancapkan ke ranting tajam.
Ini yang membuat shrike suka tinggal di area pepohonan beranting tajam. Kalau tak ada pohon, kawat berduri pun jadi.
Shrike akan menonton mangsanya mati lemas. Sesudah itu, barulah shrike menggerogoti badan mangsa dengan paruhnya yang kecil.
Untuk mangsa berupa belalang, shrike sangat hati-hati. Belalang memiliki racun yang dapat berbahaya bagi shrike. Sehingga setelah mati lemas, belalang dijemur selama beberapa baru disantap oleh shrike.
Karena kebiasaan berburu yang sadis, shrike diberi julukan lain, yaitu the butcher atau tukang jagal. Tapi, kini burung penyanyi terancam punah.
Viral Hoax Corona Disebut karena Bakteri, Bisa Sembuh Pakai Antibiotik
Di media sosial beredar pesan yang menyebut Corona adalah penyakit karena bakteri dan bisa disembuhkan dengan obat antibiotik. Disebutkan juga hal ini diketahui berkat para dokter di Italia melakukan autopsi pada korban, melawan larangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berikut contoh kutipan pesan yang beradar di Facebook:
"Dokter Italia, tidak mematuhi hukum kesehatan dunia WHO, untuk tidak melakukan otopsi pada kematian Coronavirus dan mereka menemukan bahwa BUKANLAH VIRUS, tetapi BAKTERI lah yang menyebabkan kematian. Ini menyebabkan gumpalan darah terbentuk dan menyebabkan kematian pasien.
Italia mengalahkan apa yang disebut Covid-19, yang tidak lain adalah "Koagulasi intravaskular diseminata" (Trombosis)*
Dan cara untuk memeranginya, yaitu, penyembuhannya, adalah dengan "antibiotik, anti-inflamasi, dan antikoagulan..."
Faktanya hingga saat ini pemerintah Italia tidak pernah menyebut Corona disebabkan bakteri. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Italia dengan tegas menjelaskan COVID-19 disebabkan oleh virus bernama SARS-CoV-2.
"Virus Corona baru ini datang dari keluarga virus severe acute respiratory syndrome (SARS), namun bukan virus yang sama," kata Kemenkes Italia di situs resminya.
WHO juga tidak pernah mengeluarkan larangan autopsi jenazah pasien COVID-19. WHO pada 24 Maret 2020 bahkan telah mengeluarkan pedoman bagaimana mengelola jenazah pasien COVID-19 yang aman untuk tenaga kesehatan.
"Bila ada jenazah yang diduga atau dikonfirmasi meninggal karena COVID-19 harus diautopsi, fasilitas kesehatan wajib memastikan sudah ada upaya keamanan untuk menjaga personil yang melakukan autopsi," tulis WHO.
Sementara klaim antibiotik dapat dipakai untuk menyembuhkan COVID-19 dikategorikan WHO sebagai informasi palsu. Beberapa pasien mungkin memang ada yang diberikan antibiotik untuk mengobati ancaman infeksi dari penyebab lain.
http://kamumovie28.com/tell-me-how-i-die/