Saat ini, persebaran virus corona COVID-19 semakin meluas di Indonesia. Banyak yang was-was karena merasa pernah terlibat kontak dengan salah satu pasien, sehingga merasa perlu tes corona.
Apa yang harus dilakukan bila merasa curiga telah terinfeksi? Ada beberapa cara untuk memastikannya, salah satunya datang langsung ke rumah sakit rujukan, misalnya di RSPAD Gatot Soebroto.
Prosedur 'tes corona'
Seorang netizen, Faliz, membagikan pengalamannya periksa 'tes corona' di akut @FalizChaplin. Kepada detikcom, ia menuturkan bahwa tes itu dilakukannya karena tempatnya bekerja mengharuskan ada surat sehat sepulang ia dari luar negeri.
Faliz datang ke RSPAD Gatot Subroto pada 12 Maret 2020 dan menjalani prosedur sebagai berikut:
Mengambil nomor antrean
Setelah mendapatkan nomor antrian, tunggu panggilan oleh petugas untuk mengisi form
Setelah mengisi form, masuk ke ruangan lab untuk mengambil sampel darah
Setelah dari ruang lab, akan dilanjutkan pengecekan ruang rontgen paru
Setelah dirontgen menunggu untuk dipanggil ke ruang konseling. Dokter memberikan pertanyaan terkait tujuan dan kenapa masih melakukan perjalanan ke luar negeri.
Menyelesaikan administrasi Rp 659 ribu
Menunggu hasil berkas yang akan diberikan oleh pihak rumah sakit. Berkas yang berisikan, hasil rotgen, hasil cek darah, dan surat keterangan dari dokter. Apakah harus diisolasi, istirahat di rumah, atau masuk ke dalam ODP (Orang Dalam Pemantauan).
Tidak langsung tes swab
Pengalaman serupa juga dikisahkan oleh Putri, yang membagikannya di akun @putri_51024. Putri baru pulang dari Korea Selatan pada 25 Februari dan mengalami panas-batuk pada 1 Maret 2020.
Di RSPAD, Putri mendapat antrean bertuliskan 'cek corona'. Materi tes yang ia jalani mencakup tes darah dan rontgen.
Oleh dokter yang memeriksa, Putri hanya didiagnosis radang tenggorokan sehingga tidak dilanjutkan dengan tes swab atau usapan lendir. Ia juga disarankan untuk mengkarantina diri sendiri hingga tanggal 10 Maret.
Informasi yang dihimpun detikcom, tes semacam ini bisa juga dilayani di RSPI Sulianti Saroso dan RSUP Persahabatan. Namun tes hanya bisa dilayani pada hari kerja.
Meski banyak disebut sebagai 'tes corona', prosedur pemeriksaan yang dijalani Faliz maupun Putri sebenarnya tidak spesifik untuk mendeteksi virus corona COVID-19. Praktisi kesehatan dr Dirga Sakti Rambe, SpPD mengatakan, tes corona dilakukan dengan tes swab atau usapan lendir dan hanya dilakukan pada kasus dugaan kuat, seperti memiliki riwayat kontak dengan kasus positif.
"Selama enggak swab, enggak bisa dipastikan corona," kata dr Dirga pada detikcom.
Banyak yang Penasaran 'Obat Corona', Ini Daftar yang Pernah Diteliti
Meski virus corona COVID-19 belum ada vaksinnya, beberapa peneliti menyebut obat klinis maupun alternatif yang bisa digunakan untuk menangkal virus tersebut. Mulai dari obat antimalaria hingga jamu dan temulawak dipercaya ampuh atasi virus corona.
Berikut sederet obat klinis dan alternatif yang dipercaya ampuh tangkal virus corona, dirangkum detikcom pada Minggu (15/3/2020):
'Obat corona' dari Bahan Alami
1. Jambu Biji
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD- KGEH, MMB, mengatakan riset ini menemukan ada banyak senyawa dalam jambu biji yang bisa mencegah dan mengurangi virus corona. Di antaranya hasperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin.
"Ternyata dari riset secara bioinformatika ini, komponen pada jambu biji cukup lengkap sebagai bahan alam yang bisa mencegah atau paling tidak mengurangi virus tersebut," ujar Prof Ari di Gedung FKUI, Jakarta, Jumat (13/3/2020).
2. Daun Sambiloto
Rektor Universitas Airlangaga (UNAIR) Prof. Mohammad Nasih, mengatakan bahwa saripati daun sambiloto mampu menjadi referensi pencegahan masuknya virus Corona ke dalam tubuh saat jumpa pers dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Lembaga Penyakit Tropik (LPT), di kampus UNAIR, Surabaya.
"Dengan hasil-hasil riset terdahulu, daun sambiloto bisa sebagai antivirus. Kita berharap bisa diujikan sebagai bahan obat antivirus termasuk virus corona," kata Ketua Departemen Farmakognisi dan Fitokimia, Dr Aty Widyawaruyanti, MSi Apt di Kampus C Unair, Rabu (4/3/2020).
http://nonton08.com/the-other-lamb/