Rabu, 06 Mei 2020

Meksiko Berterima Kasih pada Trump Atas Kiriman Ratusan Ventilator

Pemerintah Meksiko berterima kasih kepada pemerintahan Presiden AS Donald Trump karena telah memberikan bantuan dalam penanganan virus Corona di negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard memuji Trump karena telah mengirimkan ratusan ventilator yang sangat dibutuhkan untuk merawat pasien COVID-19.

"Hari ini kami ingin mengucapkan terima kasih sepenuh hati kepada pemerintah Amerika Serikat, khususnya Presiden Trump karena ... dia memastikan ini terjadi," ujar Ebrard seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (6/5/2020).

"Dan seperti ungkapan: ketika ada kesulitan, saat itulah Anda mengenal teman-teman Anda dan hari ini ... pesawat yang dijanjikannya tiba," tuturnya.

Menlu Meksiko itu mengatakan bahwa negara tersebut menerima 211 ventilator, yang masing-masing bernilai antara US$ 16.000 dan US$ 24.000 pada saat "kami berada di puncak pandemi".

Sementara itu, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, pertemuan yang direncanakan dengan Trump pada Juni atau Juli mendatang, akan digunakan untuk mengekspresikan solidaritas dengan masyarakat AS dan untuk berterima kasih kepada mereka "atas bantuan yang kami terima dalam menghadapi pandemi."

Lopez Obrador menambahkan bahwa dirinya juga akan membahas soal migrasi dengan Trump dalam pertemuan mendatang.

Sejauh ini, Meksiko telah mencatat sekitar 25 ribu kasus positif virus Corona dan 2.271 kematian. Pemerintah Meksiko memperkirakan virus Corona akan merenggut hingga 6 ribu nyawa secara keseluruhan.

Corona Masih Merajalela, Trump Serukan Ekonomi AS Dibuka Kembali

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan agar ekonomi AS dibuka kembali, di saat virus Corona masih merajalela di negeri adikuasa itu.
Hingga kini, AS mencatat lebih dari 70 ribu kematian karena Corona, angka kematian tertinggi di dunia. Angka kematian harian karena Corona di AS bahkan masih tinggi, yakni lebih dari 2 ribu kematian dalam sehari.

Menurut data penghitungan dari Johns Hopkins University pada Selasa (5/5) waktu setempat, AS mencatat 2.333 kematian dalam waktu 24 jam terakhir. Dengan demikian, sejauh ini AS mencatat jumlah total 71.022 kematian karena Corona.

Bahkan menurut sejumlah model ilmiah, angka kematian karena Corona di AS bisa melonjak menjadi 3 ribu kematian per hari pada Juni mendatang.

Namun Trump menyerukan negara-negara bagian AS untuk melonggarkan pembatasan-pembatasan yang diterapkan untuk menekan penyebaran virus Corona.

"Kita tak bisa terus-menerus menutup negara kita selama lima tahun ke depan," ujar Trump saat melakukan kunjungan ke sebuah pabrik pembuatan masker di Phoenix, Arizona, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (6/5/2020).

Dalam kunjungan ke pabrik tersebut, Trump juga memastikan bahwa dirinya akan segera membubarkan gugus tugas penanganan COVID-19, meski saat ini AS mencatat sekitar 20 ribu kasus baru Corona dalam sehari.

"Mike Pence dan gugus tugas sudah melakukan pekerjaan hebat, namun kita saat ini tengah mencari bentuk yang sedikit berbeda, dan bentuk itu adalah keamanan dan pembukaan. Dan kita mungkin akan punya kelompok berbeda yang dibentuk untuk itu," kata Trump kepada para wartawan.

Saat ditanya apakah "misi telah berhasil", Trump menjawab: "Tidak, sama sekali tidak. Misi berhasil ketika ini sudah selesai."

Sejumlah pihak menyebut Trump mengorbankan kesehatan masyarakat AS dengan tergesa-gesa membuka kembali ekonomi negara itu menjelang pemilihan presiden AS pada November mendatang.

Inggris Bersiap Masuki Kehidupan 'New Normal' Corona

Pemerintah Inggris meminta warga untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan 'new normal' karena saat ini pihak berwenang akan melangkah ke tahap lanjutan dalam penanganan pandemi virus corona.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan masyarakat harus beradaptasi dengan kehidupan normal di tengah wabah Covid-19 yakni menjalankan protokol pencegahan.

"Cara-cara baru yang aman untuk bekerja, bepergian, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari kita," kata Raab dalam briefing harian virus corona di Downing Street, Selasa (5/5) dilansir dari CNN.

Inggris saat ini memiliki jumlah kematian karena corona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Menurut hitungan resmi terbaru yang dirilis Selasa, jumlah kematian corona di Inggris telah mencapai 32.000.

Namun penambahan tersebut belum dimasukkan ke dalam angka harian pemerintah, yang mencatat jumlah kematian saat ini sebanyak 29.427. Meski demikian, jumlah tersebut masih lebih tinggi dari Italia.

"Kami belum pernah punya pengalaman seperti menghadapi Covid-19 ini, dalam hal skala nyawa yang hilang tetapi juga penguncian yang diperlukan. Saat kami maju, kami ingin memastikan bahwa fase berikutnya lebih nyaman, lebih berkelanjutan dan mencegah kerusakan yang berkelanjutan pada pekerjaan dan mata pencaharian," kata menteri luar negeri itu.

Akhir pekan ini, Perdana Menteri Boris Johnson akan memperbarui langkah-langkah negara untuk melindungi dan menghindari risiko wabah corona gelombang kedua.

Sebelumnya pemerintah Inggris menyebut kemungkinan melakukan pelonggaran lockdown bertahap.

Menteri senior Michael Gove mengatakan kemungkinan akan ada penerapan beberapa batasan ketika pembatasan dikurangi hingga vaksin ditemukan. Ia pun menyebut kondisi normal yang sebelumnya dirasakan bakal tidak akan kembali secepat itu.

Laporan surat kabar Weekend menyebut, kemungkinan sekolah dasar akan dibuka kembali pada awal Juni. Sementara di lokasi transportasi umum, akan dilakukan pemeriksaan suhu penumpang.

Bagi mereka yang bepergian ke Inggris, pemerintah pun tengah memperhitungkan soal periode karantina terlebih dulu, seperti diungkap Menteri Transportasi Grant Shapps.

Pemerintah Inggris juga telah menyiapkan pelacakan kontak menggunakan aplikasi smartphone. Aplikasi ini bisa digunakan untuk mengecek siapa sempat kontak dengan siapa. Sehingga, pemerintah bisa memetakan potensi penularan dan mencegah wabah gelombang kedua.

Inggris mulai memerintahkan semua toko dan layanan yang tidak penting ditutup pada 23 Maret. Pemerintah juga meminta warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan berbelanja bahan makanan, obat-obatan, dan berolahraga sekali sehari.

Bank of England telah memperingatkan langkah ini dapat menyebabkan resesi ekonomi terburuk dalam beberapa abad. Tetapi sebuah jajak pendapat Opinium untuk surat kabar mingguan Observer menunjukkan dukungan publik untuk melanjutkan pembatasan.

Meksiko Berterima Kasih pada Trump Atas Kiriman Ratusan Ventilator

Pemerintah Meksiko berterima kasih kepada pemerintahan Presiden AS Donald Trump karena telah memberikan bantuan dalam penanganan virus Corona di negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard memuji Trump karena telah mengirimkan ratusan ventilator yang sangat dibutuhkan untuk merawat pasien COVID-19.

"Hari ini kami ingin mengucapkan terima kasih sepenuh hati kepada pemerintah Amerika Serikat, khususnya Presiden Trump karena ... dia memastikan ini terjadi," ujar Ebrard seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (6/5/2020).

"Dan seperti ungkapan: ketika ada kesulitan, saat itulah Anda mengenal teman-teman Anda dan hari ini ... pesawat yang dijanjikannya tiba," tuturnya.

Menlu Meksiko itu mengatakan bahwa negara tersebut menerima 211 ventilator, yang masing-masing bernilai antara US$ 16.000 dan US$ 24.000 pada saat "kami berada di puncak pandemi".