Minggu, 03 Mei 2020

CEO Apple Bicara Masa Depan Tak Pasti di Tengah Pandemi

 Apple membukukan performa keuangan yang cukup baik di tengah pandemi Corona. Akan tetapi mereka memperingatkan masih ada ketidakpastian di masa depan.
Dikutip detikINET dari Reuters, Apple menghasilkan total penjualan USD 58,3 miliar pada kuartal I 2020. Angka itu merupakan peningkatan tipis dari tahun silam yang sebesar USD 58 miliar.

Tapi tak seperti biasanya, Apple tidak menyediakan panduan finansial untuk periode kuartal ini yang bakal berakhir pada bulan Juni. Pasalnya, situasi masih diliputi ketidakpastian terkait wabah Corona.

"Daripada berpura-pura kami bisa memproyeksikannya, kami terus terang saja dan mengatakan bahwa kami kurang tahu untuk melakukan itu," kata CEO Apple, Tim Cook.

Saat ini, Apple Store banyak yang masih ditutup. Kecuali di China daratan, Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan, toko andalan Apple itu masih belum dibuka karena kebijakan lockdown.

Eksekutif Apple mengakui lockdown di berbagai belahan dunia mempengaruhi permintaan produknya. "Jika Anda melihat apa yang terjadi di China, kami mengalami Januari yang bagus, lockdown dimulai di akhir Januari. Di Februari, kami melihat penurunan tajam permintaan," ujar Cook.

Saat lockdown dimulai pada pertengahan Maret di berbagai negara, permintaan di luar China pun ikutan menurun. Tapi ia mengutarakan rasa optimisme bahwa situasi mulai membaik pada paruh kedua April.

Trump Minta Pabrik Daging Tetap Buka, Pekerja Protes Takut Kena Corona

Pekerja pabrik daging di Amerika Serikat (AS) memprotes perintah Presiden AS Donald Trump yang menetapkan pabrik daging tetap buka di tengah pandemi Corona (COVID-19). Pekerja berharap staf pabrik menolak kebijakan ini demi keselamatan pekerja.

Selama beberapa minggu terakhir, sejumlah pemasok daging mengumumkan penutupan sementara karena sebagian pekerja terindikasi COVID-19. Serikat Pekerja Internasional dan Pekerja Komersial Serikat memperkirakan 20 pekerja pengemasan daging dan pengolahan makanan telah meninggal akibat komplikasi COVID-19.

Namun, berbeda halnya dengan cara pandang pemerintah AS. Pada Undang-udang Produksi Pertahanan, Trump mengharuskan pabrik untuk tetap buka karena menganggap sektor ini infrastruktur penting untuk menghindari kondisi yang lebih parah lagi saat krisis.

John Tyson, Komisaris Tyson Food, mengungkapkan jika pabrik daging tutup maka akan berdampak pada krisisnya pasokan daging di seluruh AS.

Selama bertahun-tahun, perusahaan pengolahan daging telah mempercepat jalur produksi untuk memproses lebih banyak daging di setiap fasilitas. Percepatan jalur kerja akan memaksa pekerja tidak memiliki jarak antara satu sama lain saat di pabrik. Saat kondisi mewabahnya virus Corona sekarang ini, hal itu berbahaya bagi pekerja.

Seorang pekerja yang dipekerjakan di Tyson Food Waterloo, Iowa, memberikan harapan terkait kebijakan Trump.

"Secara keseluruhan, itu bisa menjadi hal yang baik jika dilakukan dengan benar. Tapi keyakinanku pada pemerintahan ini tidak pernah kuat. Aku ingin tahu apa yang akan menjadi perlindungan pertanggungjawaban kebijakan ini, " kata pekerja Tyson Food yang tidak ingin disebutkan namanya. Dikutip dari CNN, Kamis (30/2/2020).

Trump tidak kali ini memiliki pandangan berbeda dengan pabrik daging. Setahun lalu Trump menempatkan lebih dari 30% pekerja asing di pabrik AS. Hampir dua pertiga adalah orang Latin (35%), Hitam (20%) atau Asia (8%), menurut laporan Pusat Keadilan Pekerja Arkansas Northwest 2016.

Pengamat: 91 Juta Informasi Akun Tokopedia Dijual di Dark Web

Tokopedia sedang terkena isu kebocoran data pengguna, diungkap akun Twitter @underthebreach. Disebutkan peretasan terjadi Maret 2020, mempengaruhi 15 juta pengguna meski hacker mengatakan ada lebih banyak data yang dimiliki. Penelitian dari pengamat sekuriti juga membuka isu lainnya.
"Menurut pantauan Vaksincom, sebenarnya malah ada 91 juta database yang disebarkan di dark web dan berusaha dijual dengan harga 5000 dolar," sebut pengamat keamanan internet dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.

"Jadi untuk mendapatkan 91 juta informasi akun Toppers, dinilai dengan USD 5.000. Sebenarnya apa yang terjadi?" sebut Alfons di channel YouTube-nya, kemudian menerangkan temuannya.

Alfons menyebutkan informasi yang bocor adalah username, alamat email, nama user, tanggal lahir dan nomor telepon.

"Cukup mengkhawatirkan karena ini bisa digunakan untuk rekayasa sosial dengan memalsukan diri sebagai Tokopedia lalu membohongi korbannya, seperti Anda menangkan undian, dapatkan voucher ini, login dari sini. Proses ini yang bertujuan untuk mencuri kredensial username dan password," paparnya.

Untungnya dalam data tersebut, password yang bocor tidak terbuka karena dalam bentuk hash yang dienkripsi dan untuk mengetahui kuncinya cukup sulit. Salah satunya dengan metode brute force, yang bisa terjadi kalau dari Tokopedia tidak memblokir proses tersebut.

"Jadi kalau diblokir, login gagal sekali ditahan dulu misalkan 20 menit, gagal 2 kali tahan 40 menit, gagal 3 kali tahan 1 jam dan seterusnya. Jadi secara teknis sangat sulit kalau ada proteksi brute force," cetus Alfons.

Selain itu menurut tes Vaksincom, jika ada yang tahu username dan password dalam kasus seandainya berhasil dijebol passwordnya, sudah ada proteksi otomatis two factor authentification di Tokopedia. Untuk pengamanan ini, pengguna yang mengaktifkannya diminta memilih verifikasi ke WhatsApp atau SMS.

"Jika kita klik WhatsApp, maka akan dikirim verifikasi ke WhatsApp dengan catatan memang user yang login ke perangkat baru. Jika Anda tidak pernah login dari perangkat baru mendadak di WhatsApp Anda muncul verifikasi Tokopedia atau SMS Anda muncul verifikasi Tokped, artinya kredensial anda sudah bocor dan Anda harus segera mengganti kredensial Anda," begitu tipsnya.

"Dan ingat jangan pernah berikan kode verifikasi di WhatsApp dan SMS pada siapapun sekalipun dia mengaku dari Tokopedia," pungkas Alfons.

Berkaitan dengan isu ini, Tokopedia telah mengakui menemukan adanya upaya pencurian data terhadap pengguna. Namun mereka memastikan informasi penting pengguna, seperti password, tetap berhasil terlindungi.

"Meskipun password dan informasi krusial pengguna tetap terlindungi di balik enkripsi, kami menganjurkan pengguna Tokopedia untuk tetap mengganti password akunnya secara berkala demi keamanan dan kenyamanan," ujar Nuraini.

Tokopedia disebutkan turut menerapkan keamanan berlapis, termasuk dengan OTP yang hanya dapat diakses secara real time oleh pemilik akun. Karena itu mereka kerap mewanti-wanti pengguna untuk tidak memberikan kode OTP kepada siapapun dan untuk alasan apapun.

"Saat ini, kami terus melakukan investigasi dan belum ada informasi lebih lanjut yang dapat kami sampaikan," pungkas Nuraini.