Sabtu, 02 Mei 2020

Tak Semua Pasien Positif Corona Dirawat di RS, Ini Penjelasan Pemerintah

Hingga hari Minggu (29/3/2020) sudah ada total 1.285 orang yang dikonfirmasi positif virus corona COVID-19. Dari jumlah tersebut 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 meninggal dunia.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan tidak semua pasien yang positif virus corona bisa dirawat di rumah sakit (RS). Sebagian diharap bisa mengisolasi dirinya sendiri di rumah dengan dukungan dari lingkungan sekitar.

"Perawatan di rumah sakit akan selektif kita lakukan untuk yang memang betul-betul terindikasi penyakit ini dan tidak memungkinkan untuk melaksanakan isolasi diri," kata Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Minggu (29/3/2020).

"Termasuk pada kelompok yang sangat rentan orang tua, orang dengan penyakit sebelumnya: dengan diabet, dengan hipertensi, kelainan jantung, kelainan paru-paru, dan sebagainya. Inilah yang membutuhkan layanan rawatan maksimal," lanjutnya.

Masyarakat sangat diimbau untuk disiplin menerapkan langkah pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker bila sakit. Menurut pria yang akrab disapa Yuri ini, kasus terus bertambah karena ada pasien positif corona di tengah masyarakat yang tidak menjalankan isolasi diri dengan baik.

"Kekuatan terbesar kita adalah bagaimana secara bersama-sama masyarakat bisa memutuskan rantai penularan ini dengan sebaik-baiknya," pungkas Yuri.

3 Fakta Remdesivir yang Diuji WHO Sebagai Obat Corona di Malaysia

 Organisasi kesehatan dunia (WHO) memilih Malaysia sebagai salah satu tempat uji coba Remdesivir. Obat yang awalnya dibuat untuk mengatasi Ebola ini digadang-gadang efektif mengobati virus corona COVID-19.
Selain Malaysia, beberapa negara juga terpilih sebagai tempat uji coba Remdesivir. Di antaranya Bahrain, Kanada, Prancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.

Beberapa fakta yang perlu diketahui tentang Remdesivir adalah sebagai berikut:

1. Awalnya untuk mengobati Ebola
Dikutip dari situs resmi Gilead, Remdesivir merupakan obat dengan aktivitas antivirus yang belum disetujui penggunaannya di manapun di seluruh dunia. Namun uji coba terbatas pada MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) menunjukkan adanya kemungkinan dipakai pada COVID-19.

Perusahaan farmasi Amerika Serikat, Gilead Sciences Inc, awalnya mengembangkan obat ini untuk mengatasi Ebola dan virus Marburg.

2. Uji klinis di China
Pada COVID-19, China telah melakukan 2 uji klinis terhadap Remdesivir dan menyimpulkan bahwa obat ini manjur mengatasi virus corona. China bahkan dikabarkan telah mengajukan paten atas penggunaannya untuk COVID-19 pada Januari 2020.

3. Diuji bersama obat lain
Selain Remdesivir, beberapa obat lain juga akan menjalani uji klinis sebagai obat COVID-19. Di antaranya adalah obat malaria Klorokuin (Chloroquine) dan hidroksiklorokuin (hydroxychloroquine), kombinasi obat HIV (Human Immunodeficiency Virus) Loponavir dan Ritonavir, serta kombinasi yang sama ditambah Interferon-beta.

RI Punya 1.285 Kasus Positif Corona, Pemerintah: Jangan Didiskriminasi!

Persebaran virus corona COVID-19 kian mengganas di Indonesia. Hingga kini, Minggu (29/3/2020), sebanyak 1.285 orang telah terinfeksi penyakit ini dan 114 di antaranya meninggal dunia.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengatakan demi melancarkan penanganan virus corona di Indonesia, ia mengimbau masyarakat agar tidak melakukan diskriminasi kepada pasien atau pun orang yang diduga terinfeksi virus ini.

"Kita lindungi yang sakit dan jangan didiskriminasi, jangan distigmatisasi. Tapi lindungi dia agar bisa melaksanakan isolasi dengan baik di rumahnya," kata Yuri saat konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Minggu (29/3/2020).

"Bukan dikucilkan, tetapi dibantu agar dia bisa melaksanakan isolasi diri dengan sebaik-baiknya," lanjutnya.

Yuri pun meminta kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam memerangi virus corona. Ia mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan kebersihan, serta mematuhi berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Mari sama-sama kita patuhi inilah kunci keberhasilan kita untuk mengendalikan penyakit ini," tuturnya.

Tak Semua Pasien Positif Corona Dirawat di RS, Ini Penjelasan Pemerintah

Hingga hari Minggu (29/3/2020) sudah ada total 1.285 orang yang dikonfirmasi positif virus corona COVID-19. Dari jumlah tersebut 64 orang dinyatakan sembuh dan 114 meninggal dunia.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan tidak semua pasien yang positif virus corona bisa dirawat di rumah sakit (RS). Sebagian diharap bisa mengisolasi dirinya sendiri di rumah dengan dukungan dari lingkungan sekitar.

"Perawatan di rumah sakit akan selektif kita lakukan untuk yang memang betul-betul terindikasi penyakit ini dan tidak memungkinkan untuk melaksanakan isolasi diri," kata Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Minggu (29/3/2020).

"Termasuk pada kelompok yang sangat rentan orang tua, orang dengan penyakit sebelumnya: dengan diabet, dengan hipertensi, kelainan jantung, kelainan paru-paru, dan sebagainya. Inilah yang membutuhkan layanan rawatan maksimal," lanjutnya.

Masyarakat sangat diimbau untuk disiplin menerapkan langkah pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker bila sakit. Menurut pria yang akrab disapa Yuri ini, kasus terus bertambah karena ada pasien positif corona di tengah masyarakat yang tidak menjalankan isolasi diri dengan baik.

"Kekuatan terbesar kita adalah bagaimana secara bersama-sama masyarakat bisa memutuskan rantai penularan ini dengan sebaik-baiknya," pungkas Yuri.

3 Fakta Remdesivir yang Diuji WHO Sebagai Obat Corona di Malaysia

 Organisasi kesehatan dunia (WHO) memilih Malaysia sebagai salah satu tempat uji coba Remdesivir. Obat yang awalnya dibuat untuk mengatasi Ebola ini digadang-gadang efektif mengobati virus corona COVID-19.
Selain Malaysia, beberapa negara juga terpilih sebagai tempat uji coba Remdesivir. Di antaranya Bahrain, Kanada, Prancis, Iran, Norwegia, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, dan Thailand.

Beberapa fakta yang perlu diketahui tentang Remdesivir adalah sebagai berikut:

1. Awalnya untuk mengobati Ebola
Dikutip dari situs resmi Gilead, Remdesivir merupakan obat dengan aktivitas antivirus yang belum disetujui penggunaannya di manapun di seluruh dunia. Namun uji coba terbatas pada MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) menunjukkan adanya kemungkinan dipakai pada COVID-19.

Perusahaan farmasi Amerika Serikat, Gilead Sciences Inc, awalnya mengembangkan obat ini untuk mengatasi Ebola dan virus Marburg.

2. Uji klinis di China
Pada COVID-19, China telah melakukan 2 uji klinis terhadap Remdesivir dan menyimpulkan bahwa obat ini manjur mengatasi virus corona. China bahkan dikabarkan telah mengajukan paten atas penggunaannya untuk COVID-19 pada Januari 2020.

3. Diuji bersama obat lain
Selain Remdesivir, beberapa obat lain juga akan menjalani uji klinis sebagai obat COVID-19. Di antaranya adalah obat malaria Klorokuin (Chloroquine) dan hidroksiklorokuin (hydroxychloroquine), kombinasi obat HIV (Human Immunodeficiency Virus) Loponavir dan Ritonavir, serta kombinasi yang sama ditambah Interferon-beta.