Jumat, 01 Mei 2020

Ilmuwan AS Prediksi Vaksin Corona Akan Tersedia Januari Tahun Depan

Pakar penyakit menular terkemuka di AS, Dr Anthony Fauci mengatakan bahwa jika semua berjalan dengan baik maka vaksin virus Corona bisa tersedia pada Januari tahun mendatang.
"Kami ingin membuat dengan cepat tapi kami juga harus memastikan itu (vaksin-red) aman dan efektif. Saya pikir jika tak ada yang salah, itu bisa dilakukan," kata Fauci dikutip dari CNN Internasional.

Program Trump untuk mempercepat pengembangan vaksin coronavirus yang potensial, yang disebut "Operation Warp Speed," memiliki tujuan memproduksi ratusan juta dosis vaksin pada bulan Januari. Fauci mengatakan bahwa ia menjadi bagian dari tim yang terlibat dalam proyek tersebut.

"Kami telah berada dalam fase percobaan awal, Fase 1. Ketika memasuki fase selanjutnya, kami akan lebih berhati-hati tetapi akan bekerja seefisien mungkin untuk mendapatkan jawaban apakah vaksinnya dapat bekerja dan aman. Jika iya maka kami akan meningkatkan produksi dengan perusahaan yang terlibat," jelasnya.

Fauci sebelumnya mengatakan bahwa vaksin coronavirus bisa memakan waktu 12 hingga 18 bulan untuk dikembangkan. Amerika Serikat saat ini memiliki jadwal pengembangan vaksin pada akhir tahun.

"Ingatan saya kembali ke masa lalu, saya mengatakan pada Januari atau Februari (vaksin tersedia) yang memakan waktu setahun atau sekitar 18 bulan. Jadi yang saya katakan sekarang tidak berbeda jauh," pungkasnya.

AS Laporkan Gejala Corona pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki, Kondisi Apa Itu?

Rumah Sakit Nasional Anak di Washington DC, Amerika Serikat (AS), melaporkan beberapa anak yang positif virus Corona mengalami gejala seperti penyakit kawasaki. Penyakit ini merupakan sindrom peradangan langka yang biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Dikutip dari ABC News, beberapa gejala penyakit kawasaki adalah demam, ruam, mata memerah, pembengkakan pada kelenjar getah bening, tangan, dan kaki. Penyakit ini telah dikaitkan dengan COVID-19 pada beberapa anak, tetapi penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti.

Kepala Divisi Perawatan Kritis di Rumah Sakit Nasional Anak, Michael Bell mengatakan sebanyak sepuluh anak yang dirawat di intensive care unit (ICU) mengalami peradangan parah, ini diketahui setelah dilakukannya tes darah. Penyakit kawasaki diketahui memang dapat menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah di seluruh tubuh.

Sementara itu, seorang dokter penyakit menular anak di Rumah Sakit Cohen Children's Medical Center, Sunil Sood juga percaya bahwa ia melihat anak-anak yang terinfeksi virus Corona mengalami gejala seperti penyakit kawasaki.

"Yang mencolok bagi saya adalah ruam di kulit mereka." ucap Sood.

Meski kondisi ini hanya baru terjadi di beberapa kasus di rumah sakit anak di AS, Bell mengimbau kepada para dokter anak untuk lebih waspada dengan kemungkinan adanya rentetan penyakit yang lebih luas terkait COVID-19.

Uji Eksperimental Kandidat Obat Corona Tunjukkan Hasil Memuaskan

Setidaknya 10 senyawa obat yang berbeda mulai dari terapi kanker hingga antipsikotik dan antihistamin diteliti untuk mencegah virus Corona berkembang dalam tubuh.
Penelitian multidisiplin yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Amerika Serikat dan Prancis ini memetakan protein yang berinteraksi dengan virus di dalam tubuh saat menginfeksi sel. Mereka kemudian mencari senyawa yang dapat memblokir virus dari penggunaan protein tersebut.

Banyak peneliti bergegas untuk mengembangkan terapi eksperimental serta menggunakan kembali obat yang sudah ada untuk mengobati pasien COVID-19 dan masyarakat menaruh harapan tinggi pada obat antivirus yang dikembangkan oleh Gilead Sciences Inc, remdesivir.

Mengutip Reuters, dalam studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature, terdapat beberapa kandidat bahan obat yang dipakai termasuk bahan obat alergi lemastine, haloperidol antipsikotik, dan obat malaria hydroxychloroquine.

Studi ini juga mengungkapkan mengapa hydroxychloroquine memiliki efek toksik pada jantung. Obat malaria yang sering dipuji-puji Presiden AS Donald Trump ini mampu mengikat reseptor yang menginfeksi sel. Tetapi hydroxychloroquine juga mengenai protein tertentu dalam jaringan jantung, yang dapat menjelaskan efek obat pada irama jantung.

Hormon progesteron juga ditemukan mampu melawan virus yang mungkin menjelaskan beberapa alasan mengapa pria tampaknya lebih rentan terhadap COVID-19 dan lebih sering menderita komplikasi parah.

Senyawa lain yang ditemukan mampu melawan virus adalah plitidepsin, yang digunakan dalam terapi kanker eksperimental PharmaMar Aplidin yang berbasis di Madrid dan saat ini sedang diuji untuk pasien COVID-19 di Spanyol.

"Beberapa obat dan senyawa ditemukan memiliki potensi yang lebih besar daripada remdesivir, setidaknya dalam pengaturan laboratorium," tutur penelitian Nevan Krogan dari University of California San Francisco.

Berutang, Pria Ini Malah Jadi Orang Terkaya Berharta Rp 146 T

Sun Hongbin (56) merupakan seorang konglomerat asal China yang mengantongi kekayaan sebesar US$ 10,4 miliar atau sekitar Rp 145,6 triliun (kurs Rp 14.000). Sun memperoleh kekayaannya dari bisnis properti miliknya, yakni Sunac China Holdings.

Kekayaannya juga meningkat tiga kali lipat dibandingkan pada tahun lalu karena keuntungan dari sahamnya Sunac China Holdings terus meningkat. Aksi tersebut bahkan disebut sebagai salah satu 'aksi bisnis' terbesar di dunia dan mampu mempertahankan dirinya sebagai konglomerat selama tiga dekade.

Selain terkenal karena kaya raya, Sun juga terkenal sebagai orang yang nekat. Bahkan, karirnya sering kali disebut sebagai 'roller coaster'.

Di tengah perlambatan ekonomi China, sejumlah perusahaan terutama perusahaan kontraktor mulai mengurangi ambisi mereka untuk menghabiskan uang maupun berutang di tengah meningkatnya biaya pinjaman dan pengawasan yang meningkat. Namun, Sun justru membeli tanah bermasalah yang merupakan aset dari Dalian Wanda Group Co, sebuah perusahaan pengembang yang membuat kawasan bisnis.

Sun juga membeli saham seharga US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 31 triliun dari LeEco, sebuah perusahaan teknologi dan media yang diancam kebangkrutan.

Aksi-aksi nekat Sun menyebabkan saham Sunac China Holdings melonjak 212%. Namun, kewajiban perusahaan justru membengkak.

Dilansir dari The Financial Express, Rabu (20/11/2019), debt equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas yang dimiliki Sunac China Holdings berada di kisaran 349%, lima kali lebih tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya.

Terlebih, Sun menguasai 84% saham di Sunac China Holdings yang mampu memicu margin call jika harga saham jatuh cukup dalam. Tak lama, di tengah penjualan di pasar saham Hong Kong, harga saham Sunac China Holdings pun turun 1,6%. Kemudian Sun mengumumkan penerbitan obligasi dolar untuk membayar utang-utang perusahaan.

Analis juga memprediksi penurunan harga saham hingga 37% sampai 12 bulan selanjutnya. Prediksi tersebut merupakan prospek paling negatif di antara seluruh perusahaan yang mendaftarkan dirinya dalam pasar saham Hong Kong.

Terlepas dari beban utang yang besar, pertumbuhan top-line Sunac China Holdings ternyata sangat mengesankan. Penjualan properti perusahaan hampir dua kali lipat pada tahun 2016 karena pembangunannya di kota-kota tingkat dua yang booming di China terbukti berhasil.

Mulusnya penjualan properti Sunac China Holdings mungkin akan berlanjut hingga tahun ini. Nomura Holdings Inc. memprediksi penjualan properti di semester pertama paling kuat dari seluruh perusahaan pengembang China. Sementara itu, saham Sunac China Holdings dibeli oleh beberapa investor.

Sejumlah orang mengagumi keberanian Sun dalam mengekspansi bisnisnya dan juga kemampuannya menghadapi kesulitan. Bahkan, salah satu investor muda di Sunac China Holdings menilai bahwa Sun merupakan pengusaha properti tercerdas di dunia. Meski begitu, beberapa waktu lalu Sun menyatakan bahwa ia akan sedikit menahan ekspansi untuk mengurangi tingkat utang perusahaan.

Kini, Sun merupakan konglomerat yang masuk daftar Forbes sebagai pria terkaya di China ke-20, dan pria terkaya di dunia ke-160.