Ponsel pintar asal China, Xiaomi berhasil menyalip Samsung pada kuartal II 2014 untuk kategori ponsel paling tenar. Pendiri Xiaomi, Lei Jun yang dijuluki sebagai 'Steve Jobs' asal Negeri Panda saat ini memiliki kekayaan sekitar US$ 8,1 miliar atau setara dengan Rp 113,4 triliun.
Lei Jun merupakan pria kelahiran Xiantao, Hubei, China pada 16 Desember 1969. Daerah kelahirannya merupakan penghasil produk tekstil, pertanian dan padi kecil.
Awal pendirian pada kuartal I 2010, Xiaomi fokus pada custom ROM yang berbasis Android. Seiring berjalannya waktu Xiaomi berkembang menciptakan perangkat keras mulai dari smartphone, laptop, rice cooker hingga gelang.
Xiaomi didirikan oleh Lei dan Lin Bin yang merupakan mantan pejabat di Google. Konsep yang diusung untuk Xiaomi adalah harga murah namun berkualitas tinggi. Harga jual separuh dari merek Apple dan Samsung.
Sejak diluncurkan, Xiaomi disebut sebagai ponsel perusak harga pasaran. Pasalnya dengan spesifikasi tinggi namun harga murah sangat cepat menggugah minat konsumen. Bahkan banyak pengguna yang langsung menobatkan diri sebagai Mi Fans yang sukses mengantarkan Xiaomi sebagai merek handphone top di dunia.
Lei Jun memang mengagumi Steve Jobs sejak muda. Saat itu ia masih mengenyam pendidikan di Universitas Wuhan jurusan teknik ia membaca artikel Fire in the Valley karya Paul Frieberger dan Michael Swaine tentang awal mula industri personal computer. Sejak itu, ia bertekad untuk mengikuti jejak idolanya, Steve Jobs.
Mengutip South China Morning Post, Lei Jun mengaku sangat menyukai isi tulisan buku tersebut.
"Saya sangat terpengaruh dengan tulisan di buku itu, bahkan saya juga ingin mendirikan perusahaan raksasa. Jadi saya berupaya untuk lulus kuliah dengan cepat," ujar dia.
Setelah lulus, Lei membantu pendirian developer perangkat lunak Kingsoft pada 1992. Kemudian dia diangkat menjadi kepala eksekutif pada 1998 dan membawa perusahaan sukses melantai di bursa saham Hong Kong.
Meskipun masih di Kingsoft, Lei juga terlibat dalam pendirian Joyo.com, yakni sebuah toko buku online dan situs e-commerce yang kini dijual ke Amazon.com dengan harga US$ 75 juta.
Sejak saat itu, Lee menjadi investor terkenal di China. Ia mulai masuk ke saham penjual pakaian ritel online Vancl dan jejaring sosial berbasis video, yang kemudian sahamnya diperjualbelikan di Amerika Serikat (AS).
Seorang penulis buku Beta China: The Dawn of a Innovation Generation, Hamish McKenzie menjelaskan karir Lei sangat cemerlang. Ia akan menjadi pengusaha dan investor yang luar biasa.
"Apa yang ia lakukan dengan Xiaomi adalah kegigihan usaha-usahanya selama ini. Ia layak disejajarkan dengan Steve Jobs, Larry Page dan Bill Gates," ungkapnya.
Berutang, Pria Ini Malah Jadi Orang Terkaya Berharta Rp 146 T
Sun Hongbin (56) merupakan seorang konglomerat asal China yang mengantongi kekayaan sebesar US$ 10,4 miliar atau sekitar Rp 145,6 triliun (kurs Rp 14.000). Sun memperoleh kekayaannya dari bisnis properti miliknya, yakni Sunac China Holdings.
Kekayaannya juga meningkat tiga kali lipat dibandingkan pada tahun lalu karena keuntungan dari sahamnya Sunac China Holdings terus meningkat. Aksi tersebut bahkan disebut sebagai salah satu 'aksi bisnis' terbesar di dunia dan mampu mempertahankan dirinya sebagai konglomerat selama tiga dekade.
Selain terkenal karena kaya raya, Sun juga terkenal sebagai orang yang nekat. Bahkan, karirnya sering kali disebut sebagai 'roller coaster'.
Di tengah perlambatan ekonomi China, sejumlah perusahaan terutama perusahaan kontraktor mulai mengurangi ambisi mereka untuk menghabiskan uang maupun berutang di tengah meningkatnya biaya pinjaman dan pengawasan yang meningkat. Namun, Sun justru membeli tanah bermasalah yang merupakan aset dari Dalian Wanda Group Co, sebuah perusahaan pengembang yang membuat kawasan bisnis.
Sun juga membeli saham seharga US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 31 triliun dari LeEco, sebuah perusahaan teknologi dan media yang diancam kebangkrutan.
Aksi-aksi nekat Sun menyebabkan saham Sunac China Holdings melonjak 212%. Namun, kewajiban perusahaan justru membengkak.
Dilansir dari The Financial Express, Rabu (20/11/2019), debt equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas yang dimiliki Sunac China Holdings berada di kisaran 349%, lima kali lebih tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya.
Terlebih, Sun menguasai 84% saham di Sunac China Holdings yang mampu memicu margin call jika harga saham jatuh cukup dalam. Tak lama, di tengah penjualan di pasar saham Hong Kong, harga saham Sunac China Holdings pun turun 1,6%. Kemudian Sun mengumumkan penerbitan obligasi dolar untuk membayar utang-utang perusahaan.