Senin, 06 April 2020

Ini Cara Amerika Tangani Penumpang Pesawat Suspek Corona

Penyebaran virus Corona dapat terjadi di moda transportasi umum, tak terkecuali pesawat. Kendati pesawat dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan filtrasi udara, probabilitas virus menular dari penumpang yang sakit itu tetap ada.
Melihat hal tersebut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) membuka layanan laporan untuk penumpang yang sakit atau mengetahui ada penumpang lainnya yang sedang sakit dalam penerbangan.

Dilansir dari Fox News, Senin (16/3/2020) CDC mengatakan, bila terdapat penumpang yang sakit di dalam pesawat, otoritas kesehatan akan menetapkan yang disebut sebagai investigasi kontak (contact investigation). Hal ini dilakukan guna membantu mengidentifikasi dan menjangkau orang-orang yang kemungkinan melakukan kontak dengan orang sakit itu selama dalam penerbangan.

"CDC terkadang diberitahu mengenai penumpang yang sakit saat pesawat masih mengudara atau tak lama setelah pesawat mendarat. Namun dalam kebanyakan kasus, CDC baru diberitahu ketika penumpang sakit itu mencari penanganan di fasilitas medis," tulis CDC.

Dengan melakukan investigasi kontak, CDC berkoordinasi dengan agen-agen federal dan maskapai penerbangan guna menentukan dimana dan seberapa jauh orang tersebut bepergian. Misalnya, apakah orang itu sempat transit sebelum masuk ke AS dan apakah sudah terjangkit Corona saat itu.

Jika orang itu positif Corona, penyelidik akan berkonsultasi dengan maskapai penerbangan untuk melihat manifes dan menentukan penumpang yang mungkin telah melakukan kontak dengan penumpang sakit itu.

Pejabat kesehatan juga akan membuat 'zona kontak' dari area bagan tempat duduk untuk mengidentifikasi penumpang yang kemungkinan terpapar virus tersebut. Mereka kemudian akan menggunakan informasi dari 'zona kontak' untuk melacak penumpang penumpang yang terekspos, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan menguraikan langkah-langkah selanjutnya.

Akan tetapi CDC juga mengatakan bahwa zona kontak itu tak terbatas pada area tempat duduk di pesawat. Menurut CDC, teman seperjalanan yang duduknya berjauhan juga tetap masuk dalam zona kontak.

Selain itu anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang duduk di pangkuan orang tua mereka juga dianggap sebagai bagian dari zona kontak. Teori ini mirip saat penanganan campak dan rubella.

Paparan Corona ini juga tak terbatas pada orang yang duduk di dekat jendela atau yang dekat dengan lorong. Orang yang duduk di kedua posisi ini tetap berisiko terpapar virus tersebut.

Sebelumnya, sebuah studi dari Tim Penelitian FlyHealthy menemukan bahwa mereka yang duduk di jendela kurang berinteraksi dengan orang-orang yang terletak setidaknya dua baris dari mereka akan berpotensi membatasi paparan. Namun penumpang yang duduk di kursi lorong lebih berpotensi untuk bersentuhan dengan penumpang yang bergerak di sekitar kabin saat mereka menggunakan toilet atau dengan kru maskapai.

Jika dirata-rata, interaksi penumpang yang duduk dekat lorong ini adalah 64 kontak sementara yang duduk dekat jendela adalah 12 kontak.

Tetapi hingga saat ini CDC masih terus mempelajari tentang Corona ini dan cara penyebarannya sehingga siapapun yang berhubungan dekat dengan penumpang sakit harus mengambil langkah pencegahan. Misalnya hindari untuk menyentuh mata, hidung atau mulut setelah bersentuhan dengan permukaan yang berpotensi mengandung bakteri, kuman, bahkan virus. Selain itu rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik.

Maskapai di AS juga mengizinkan penumpang membawa pembersih tangan yang mengandung alkohol dalam kabin yang wadahnya berukuran kurang dari 3,4 ons.

Untuk masyarakat yang bepergian, CDC juga mengimbau mereka untuk memantau kesehatan selama dua minggu usai melakukan perjalanan. Jika merasa sakit demam, batuk, dan sulit bernapas, lebih baik tinggal di rumah dan menghubungi dokter.

Uni Eropa Larang Traveler Bepergian Selama 30 Hari

Uni Eropa mengumumkan pelarangan perjalanan di benua biru selama 30 hari. Larangan itu bisa diperpanjang kalau wabah virus Corona makin memburuk.
Hal tersebut disampaikan Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen dalam pernyataan video yang dirilis Uni Eropa. Meski ada larangan bepergian, ada pengecualian untuk para diplomat, tenaga medis, sampai para ahli yang bekerja meneliti virus Corona. Pekerja di sektor transportasi masih diperkenankan bepergian di Uni Eropa karena masih krusial untuk pengiriman barang.

"Uni Eropa dan bagian lain di dunia sedang mengalami krisis kesehatan publik karena penyebaran virus Corona," ujar von der Leyen.

"Sistem kesehatan kita dalam tekanan yang sangat besar. Karena itu, anggota Uni Eropa sudah mengambil langkah untuk mengurangi penyebaran virus. Saat ini kita mengetahui bahwa mengurangi interaksi sosial bisa mengurangi penyebaran virus. Semakin sedikit kita melakukan perjalanan, maka virus akan kita atasi," ujarnya.

Larangan bepergian di Uni Eropa dan negara-negara Schengen mulai berlaku sejak 17 Maret 2020. "Saya mengusulkan kepada para kepala negara dan pemerintah untuk memperkenalkan pembatasan sementara pada perjalanan tidak penting ke Uni Eropa," kata von der Leyen.

Selain Nusakambangan, Ngapain Saja Seharian di Cilacap?

Cilacap di Jawa Tengah menawarkan destinasi wisata di Pulau Nusakambangan, yang dijuluki Alcatraz-nya Indonesia. Kalau seharian di Cilacap ke mana lagi ya? Nusakambangan memiliki Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) berkeamanan tinggi untuk napi narkoba kelas kakap. Sejumlah napi juga dieksekusi mati di sana.
Cilacap memiliki destinasi wisata lain di luar Pulau Nusakambangan. Berikut daftarnya dalam infografis:

Ini Cara Amerika Tangani Penumpang Pesawat Suspek Corona

Penyebaran virus Corona dapat terjadi di moda transportasi umum, tak terkecuali pesawat. Kendati pesawat dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan filtrasi udara, probabilitas virus menular dari penumpang yang sakit itu tetap ada.
Melihat hal tersebut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) membuka layanan laporan untuk penumpang yang sakit atau mengetahui ada penumpang lainnya yang sedang sakit dalam penerbangan.

Dilansir dari Fox News, Senin (16/3/2020) CDC mengatakan, bila terdapat penumpang yang sakit di dalam pesawat, otoritas kesehatan akan menetapkan yang disebut sebagai investigasi kontak (contact investigation). Hal ini dilakukan guna membantu mengidentifikasi dan menjangkau orang-orang yang kemungkinan melakukan kontak dengan orang sakit itu selama dalam penerbangan.

"CDC terkadang diberitahu mengenai penumpang yang sakit saat pesawat masih mengudara atau tak lama setelah pesawat mendarat. Namun dalam kebanyakan kasus, CDC baru diberitahu ketika penumpang sakit itu mencari penanganan di fasilitas medis," tulis CDC.

Dengan melakukan investigasi kontak, CDC berkoordinasi dengan agen-agen federal dan maskapai penerbangan guna menentukan dimana dan seberapa jauh orang tersebut bepergian. Misalnya, apakah orang itu sempat transit sebelum masuk ke AS dan apakah sudah terjangkit Corona saat itu.

Jika orang itu positif Corona, penyelidik akan berkonsultasi dengan maskapai penerbangan untuk melihat manifes dan menentukan penumpang yang mungkin telah melakukan kontak dengan penumpang sakit itu.

Pejabat kesehatan juga akan membuat 'zona kontak' dari area bagan tempat duduk untuk mengidentifikasi penumpang yang kemungkinan terpapar virus tersebut. Mereka kemudian akan menggunakan informasi dari 'zona kontak' untuk melacak penumpang penumpang yang terekspos, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan menguraikan langkah-langkah selanjutnya.

Akan tetapi CDC juga mengatakan bahwa zona kontak itu tak terbatas pada area tempat duduk di pesawat. Menurut CDC, teman seperjalanan yang duduknya berjauhan juga tetap masuk dalam zona kontak.

Selain itu anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang duduk di pangkuan orang tua mereka juga dianggap sebagai bagian dari zona kontak. Teori ini mirip saat penanganan campak dan rubella.

Paparan Corona ini juga tak terbatas pada orang yang duduk di dekat jendela atau yang dekat dengan lorong. Orang yang duduk di kedua posisi ini tetap berisiko terpapar virus tersebut.