Kamis, 02 April 2020

Sebanyak 698 Hotel di Indonesia Tutup, Karyawan Cuti Tanpa Dibayar

 Terkena imbas wabah Corona, sekitar 698 hotel yang tersebar di seluruh Indonesia terpaksa menutup sementara operasionalnya. Karyawan hotel sebagian besar diminta untuk mengambil cuti tanpa bayaran.
"Jadi perusahaan menerapkan cuti di luar tanggungan perusahaan, unpaid leave, cuti yang tidak dibayarkan. Itu yang terjadi seperti itu karena perusahaan tidak punya dana cash yang cukup," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani kepada detikcom, Rabu (1/4/2020).

Menambahkan Hariyadi, Sekjen PHRI Maulana Yusran membeberkan penutupan hotel yang berdampak pada gaji karyawan itu sebagian besar terjadi di Bali, Jawa Barat, DKI Jakarta, Manado, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan sebagainya.

Ia meminta pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperhatikan betul fenomena ini. Sehingga, dapat mengetahui kebijakan apa yang diperlukan.

"Yang kita butuhkan itu sudah kita sampaikan berkali-kali, dan sudah kita presentasikan itu. Bahwa kita butuhnya kebijakan di dalam situ. Kita pariwisata adalah sektor yang paling terdampak dalam hal ini. Penurunan okupansi itu berlangsung begitu cepat, problem kita itu. Jadi kekuatan cash flow kita pun, yang tadinya ada bisa bertahan 3 bulan, tapi kan nggak semua juga bisa bertahan 3 bulan. Ada yang tidak bisa," jelas Maulana dihubungi secara terpisah.

Untuk menangani dampak unpaid leave lebih besar kepada tenaga kerja di sektor perhotelan, ia meminta pemerintah mengeluarkan bantuan. Misalnya membebaskan iuran asuransi kesehatan sementara waktu.

"Kalau kita sudah melakukan unpaid leave, perusahaan itu kan laporannya jadi nggak benar. Akhirnya fasilitas kesehatan terhadap tenaga kerja mereka kan mati. Minimal laporannya dibaikkan dulu. Nah kemudian BPJS-nya diberi relaksasi, nggak usah dibayar. Jadi mereka walaupun di-unpaid leave masih bisa menikmati faskes tersebut. Itu penting," tegas Maulana.

Bahkan, pihaknya juga mengusulkan pencairan dana jaminan hari tua (JHT) dalam waktu dekat. Langkah itu menurutnya dapat menolong pegawai terdampak dalam krisis yang diakibatkan pandemi corona ini.

"Bahkan ada dari mereka yang mengusulkan kalau bisa tunjangan hari tuanya boleh dicairkan deh. Karena mereka hopeless, berharap mendapat pemasukan, sehingga mereka masih punya uang untuk hidup mungkin another 3 months. Kan kasihan, tapi kondisi perusahaan kan sebenarnya nggak tega juga sama karyawan, tapi itu kondisi yang ada. Kita hidup berdasarkan cash harian loh ini," tutupnya.

Awas! Jadikan Corona Bahan April Mop Bisa Dibui

 Sejumlah negara melarang warganya menjadikan Corona sebagai bahan lelucon untuk April Mop. Bagi yang melanggar bisa dikenakan hukuman penjara.
Mulai dari Thailand sampai India, sejumlah negara mengimbau warganya untuk tidak menjadikan Corona sebagai bahan 'prank' April Mop. Beberapa negara bahkan mengancam akan memenjarakan orang yang kedapatan menyebarkan lelucon dan rumor terkait Corona karena dapat berisiko mengganggu masyarakat.

Di Thailand misalnya, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 31 Maret, menegaskan barangsiapa yang menjadikan Corona bahan April Mop akan dihukum sampai 5 tahun penjara.

"Memalsukan diri terjangkit COVID-19 pada April Mop adalah pelanggaran hukum,"kata pemerintah Thailand melalui cuitan di Twitter.

Baca juga: Tentang April Mop yang Tak Lucu Lagi karena Pandemi
Senada dengan Thailand, Presiden Taiwan Tsai Ing juga mengatakan bahwa siapapun yang menyebarkan rumor atau informasi yang salah mengenai Corona akan dipenjara sampai 3 tahun dan atau denda sampai USD 99.200 atau lebih dari Rp 1,6 miliar.

Sementara itu di India, unit keamanan siber Maharashtra akan menindak tegas pelaku penyebar lelucon Corona lewat jalur hukum.

"Pemerintah tidak mengizinkan siapapun untuk menyebarkan rumor atau kepanikan tentang #Corona," kata Menteri Dalam Negeri Maharashtra melalui twitter.

Pemerintah Jerman juga melakukan upaya yang sama, dimana Menteri Kesehatan Jerman mengimbau masyarakat tak membuat cerita palsu mengenai Corona. Jerman mengatakan bahwa, "Corona bukanlah lelucon".

Sampai saat ini, berbagai informasi yang salah atau hoaks terus beredar di internet terkait dengan Corona. Mulai dari meminum urin sapi sampai tidur dengan bawang, informasi tak benar mengenai Corona menyebar dengan liar. Masyarakat dikhawatirkan akan membuat cerita atau berpura-pura terjangkit Corona hanya demi mengerjai orang lain di momen April Mop.

Kerugian Travel Agent Indonesia Rp 4 Triliun Sampai Akhir Februari

Sektor pariwisata disebut-sebut menjadi sektor paling terburuk terkena dampak pandemi virus Corona.
Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyebut seluruh agen travel saat ini sudah benar-benar terpuruk. Total kerugian dari seluruh perusahaan agen travel di Indonesia, sampai akhir Februari 2020 lalu saja sudah mencapai Rp 4 triliun.

"Kerugian di bulan Februari mencapai Rp 4 triliun, kalau Maret belum terhitung angkanya," ungkap Pauline kepada detikcom, Rabu (1/4/2020).

Pauline menilai kerugian terjadi lantaran turunnya minat orang-orang untuk berpergian sejak corona ini mewabah. Padahal, biasanya setiap bulan Maret-April, agen travel selalu panen besar, akan tetapi tahun ini keadaan berbalik 180 derajat.

"Setiap Maret- April walaupun peak season, biasanya banyak incentive group, maupun perorangan, dan musim pameran, di mana agen travel menjual paket wisata untuk lebaran. Namun, dengan ditutupnya banyak negara, termasuk destinasi ziarah dan banyaknya maskapai yang tidak beroperasi, otomatis barang dagangan travel agent tidak ada, ditambah mewabahnya corona di Indonesia semakin menyurutkan minat perorangan untuk bepergian," tuturnya.

Astindo mencatat sejak dihimpit corona, penjualan agen travel turun drastis hingga 94%. Angka pembatalan penumpang juga naik hingga 80% dan diprediksi bakal terus bertambah.

"Per Maret penjualan turun 94%, dan sudah banyak yang memberlakukan unpaid leave baik dari penjualan maupun pembatalan perjalanan," pungkasnya.

Sebanyak 698 Hotel di Indonesia Tutup, Karyawan Cuti Tanpa Dibayar

 Terkena imbas wabah Corona, sekitar 698 hotel yang tersebar di seluruh Indonesia terpaksa menutup sementara operasionalnya. Karyawan hotel sebagian besar diminta untuk mengambil cuti tanpa bayaran.
"Jadi perusahaan menerapkan cuti di luar tanggungan perusahaan, unpaid leave, cuti yang tidak dibayarkan. Itu yang terjadi seperti itu karena perusahaan tidak punya dana cash yang cukup," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani kepada detikcom, Rabu (1/4/2020).

Menambahkan Hariyadi, Sekjen PHRI Maulana Yusran membeberkan penutupan hotel yang berdampak pada gaji karyawan itu sebagian besar terjadi di Bali, Jawa Barat, DKI Jakarta, Manado, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan sebagainya.

Ia meminta pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperhatikan betul fenomena ini. Sehingga, dapat mengetahui kebijakan apa yang diperlukan.

"Yang kita butuhkan itu sudah kita sampaikan berkali-kali, dan sudah kita presentasikan itu. Bahwa kita butuhnya kebijakan di dalam situ. Kita pariwisata adalah sektor yang paling terdampak dalam hal ini. Penurunan okupansi itu berlangsung begitu cepat, problem kita itu. Jadi kekuatan cash flow kita pun, yang tadinya ada bisa bertahan 3 bulan, tapi kan nggak semua juga bisa bertahan 3 bulan. Ada yang tidak bisa," jelas Maulana dihubungi secara terpisah.

Untuk menangani dampak unpaid leave lebih besar kepada tenaga kerja di sektor perhotelan, ia meminta pemerintah mengeluarkan bantuan. Misalnya membebaskan iuran asuransi kesehatan sementara waktu.

"Kalau kita sudah melakukan unpaid leave, perusahaan itu kan laporannya jadi nggak benar. Akhirnya fasilitas kesehatan terhadap tenaga kerja mereka kan mati. Minimal laporannya dibaikkan dulu. Nah kemudian BPJS-nya diberi relaksasi, nggak usah dibayar. Jadi mereka walaupun di-unpaid leave masih bisa menikmati faskes tersebut. Itu penting," tegas Maulana.

Bahkan, pihaknya juga mengusulkan pencairan dana jaminan hari tua (JHT) dalam waktu dekat. Langkah itu menurutnya dapat menolong pegawai terdampak dalam krisis yang diakibatkan pandemi corona ini.

"Bahkan ada dari mereka yang mengusulkan kalau bisa tunjangan hari tuanya boleh dicairkan deh. Karena mereka hopeless, berharap mendapat pemasukan, sehingga mereka masih punya uang untuk hidup mungkin another 3 months. Kan kasihan, tapi kondisi perusahaan kan sebenarnya nggak tega juga sama karyawan, tapi itu kondisi yang ada. Kita hidup berdasarkan cash harian loh ini," tutupnya.