Selasa, 03 Maret 2020

Membunuh Bosan di Pulau Terpencil di Bumi

 Easter Island merupakan salah satu pulau terpencil di dunia. Jauh dari mana-mana, masyarakatnya punya cara sendiri untuk membunuh bosan.

Jika mencari daftar pulau terpencil sedunia, maka Easter Island alias Pulau Paskah masuk di dalamnya. Pulau di Samudera Pasifik yang masuk dalam wilayah negara Chile ini jauh dari mana-mana. Tetangganya paling dekat yakni Pulau Pitcairn berjarak 2.600 km, sedangkan daratan Chile terpisah sejarak 3.753 km.

Easter Island dihuni sekitar 4.700 orang, yang sudah menetap sejak abad ke-12. Mereka, orang asli Polinesia berprofesi sebagai nelayan dan juga berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pertanyaan paling umum tentang masyarakatnya adalah, bagaimana mereka membunuh rasa bosan?

Penulis BBC Travel, Matt Maynard menulis tentang pengalaman perjalanannya ke Easter Island. Dilihat detikTravel, Kamis (31/1/2019) Salah satu cara mengusir rasa bosan di sana adalah banyaknya festival tiap tahun yang diadakan di Hanga Roa, kota terbesar dari Easter Island.

Yang paling terkenal, bernama Festival Tapati. Bukan sembarang festival, Festival Tapati berlangsung di awal bulan Februari setiap tahun. Festival itu bertujuan untuk menyatukan warga Easter Island, yang di zaman dulu sebagai bentuk pesta karena warganya menganggap bahwa merekalah manusia-manusia yang masih tersisa di Bumi.

Dalam Festival Tapati digelar banyak aktivitas, sebut saja tarian, musik, memasak sampai olahraga. Mereka yang datang pun akan menggenakan pakaian adat, seperti hami yakini penutup alat kelamin pria.

Para pria yang datang tidak hanya membawa keluarga, tetapi juga kuda. Mereka siap berpacu di lintasan untuk menjadi yang paling hebat.

Untuk anak-anak, mereka punya permainan sendiri. Anak-anak akan berjalan ke atas bukit, lantas dengan daun pisang dan bambu yang dirakit sedemikian rupa, mereka meluncur ke bawah. Semuanya senang, semuanya tertawa.

Selama Festival Tapati berlangsung, warga Easter Island akan tumpah ruah di jalanan. Saling berpesta dengan riang gembira bersama, mensyukuri kehidupannya.

Turis yang datang pun bakal diajak turut serta. Tak perlu malu untuk memakai pakaian tradisionalnya, warganya akan menyambut dengan penuh suka cita.

Bahkan, turis yang datang akan diberi senyum sumringah. Sebagai ucapan terimakasih, untuk mengenal kebudayaan orang-orang Easter Island di pulau terpencil di Bumi. 

Istana di Inggris Pekerjakan Robot Sebagai Pemandu Wisata

Blenheim Palace di Inggris melakukan sebuah inovasi tak biasa demi wisatawan. Caranya dengan mempekerjaan sebuah robot untuk menemani wisatawan.

Bayangkan bagaimana rasanya ditemani dan dipandu langsung oleh seorang robot. Bukan di film fiksi ilmiah, kamu bisa merasakan pengalaman serupa jika mampir ke Blenheim Palace.

Adalah Vetty, sebuah robot dengan kode MetraLabs SCITOS A5 yang ditunjuk oleh pihak pengelola kerajaan Blenheim untuk mengemban tanggung jawab itu. Dikumpulkan detiktravel dari berbagai sumber, Kamis (31/1/2019), robot yang diberi nama Betty itu dibuat oleh Oxford Robotics Institute (ORI) dari Universitas Oxford seperti diberitakan media Daily Mail.

"Ini merupakan kesempatan yang menarik untuk kami dan pihak ORI," ujar manager Blenheim Palace, Doug McCutcheon.

Diketahui, nama besar ORI di bidang permesinan dan navigasi memang telah mendunia. Keahlian mereka di bidang itu pun kembali ditunjukkan lewat robot Betty.

"Betty menunjukkan bagaimana robot dapat bekerjasama dengan manusia. Izinkan kami untuk menunjukkan teknologi tersebut," ujar peneliti senior ORI, Dokter Bruno Lacerda.

Oleh pihak ORI, robot Betty diprogram sedemikian rupa untuk meyambut turis sekaligus memberikan informasi dan kisah sejarah terkait Blenheim Palace.

Selain bertanya perihal informasi, Betty pun bisa diajak selfie bareng traveler. Nantinya, Betty akan mengunggah fotonya ke twitter dengan tagar #bettyinthepalace.

Apabila semua berjalan lancar, bukan tidak mungkin kalau Betty akan dipekerjakan kembali di Blenheim Palace tahun ini setelah usai masa uji coba.

Pilot Pemotret Badai dari Kokpit Pesawat, Ngeri atau Takjub?

Sebuah badai bisa diabadikan atau dipotret dari kursi terbaik di langit, yakni kokpit pesawat. Inilah kelebihan menjadi pilot yang melihatnya secara dramatis.

Melansir CNN Travel, Kamis (31/1/2019, bagi penumpang hanya bisa melihat sebagian sisi lainnya. Beberapa pilot menikmatinya dan mengeluarkan kamera untuk berbagi pemandangan itu dari sisi kokpit.

Pilot itu adalah Santiago Borja yang berbasis di Ekuador. Juga dikenal sebagai 'Pilot Badai' karena memotret fenomena langit yang sedang berlangsung.

Borja mulai memotret langit badai empat tahun lalu ketika keterampilan memotretnya meningkat. Ia menyadari bahwa pilot memiliki pandangan yang sangat baik di pesawat dan jadi kesempatan yang sangat bagus untuk mengabadikannya.

Borja kemudian berbagi potret ini dengan teman-teman dengan keluarganya hingga akhirnya dengan semua orang. Foto-fotonya tidak hanya bagus secara estetika, tetapi juga memiliki sifat ilmiah, bahkan NASA juga tertarik.

Sekarang, foto-foto Borja adalah subjek dari sebuah buku #TheStormPilot yang diterbitkan oleh teNeues. Ada pula keterangan dari ahli meteorologi Michaela Koschak dari foto-foto yang dipajang

Borja menjadi pilot karena ingin melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Sekarang, ia menerbangkan Boeing 767 untuk sebuah maskapai besar.

Pada penerbangan jarak jauh, ia akan digantikan tiga hingga empat pilot. Jadi dalam penerbangan 12 jam, ia akan mengontrol penuh selama enam jam dan waktu itulah kesempatan sempurna bagi dirinya untuk mencoba sudut yang berbeda dan lensa yang berbeda pula.

Kokpit memliki dua jendela besar. Hal baiknya adalah tidak ada cahaya yang menyilaukan dari dalam ruangan itu, jadi itu adalah tempat sempurna untuk mencoba dan mengambil foto-foto itu.

Borja bukan satu-satunya pilot yang mengambil foto dari jarak 30.000 kaki. Pada tahun 2018 CNN Travel juga mewawancarai pilot serupa yakni Christiaan van Heijst yang dikenal karena tangkapan foto dari kokpitnya.

Namun Borja membedakan karyanya dengan berkonsentrasi pada kondisi cuaca yang kacau. Dirasa berbeda dan belum pernah dilakukan di udara.

Dari dibagikan ke kerabat dekat, setelah membagikannya secara lebih luas dengan judul Badai Pasifik, lalu dibagikanlah fotonya oleh pengguna Twitter dan mampu menarik perhatian. Beberapa ahli meteorologi bertanya kepadanya tentang gambar ini karena memiliki beberapa fitur yang cukup menarik bagi kalangan sains karena merupakan badai yang sangat khusus.

Badai Pasifik menggambarkan awan badai cumulonimbus besar di atas Samudra Pasifik yang diambil dalam perjalanan ke Amerika Selatan. Awan itu mengangkut air dengan ukuran 20 hingga 100 juta ton, karena merupakan formasi awan yang terkait dengan angin topan.

Foto yang mengejutkan ini mampu membuat Borja memperoleh tempat ketiga dalam kategori lanskap di National Geographic 2016 Nature Photographer of the Year. Borja mengatakan kombinasi pandangan yang bagus dan kondisi yang baik membantunya mendapatkan kesempatan pengambilan foto itu.

Suasananya begitu tenang dan ada badai yang terisolasi, lalu ia dapat memotret badai ini dengan blur minimal. Hampir seolah-olah dihasilkan dengan tripod. Momen itu adalah yang terhebat yang sangat sulit untuk didapatkan karena selalu ada beberapa gerakan dan itu seperti seolah-olah Anda telah melukis badai.

Foto favorit Borja adalah sambaran petir menyinari langit di atas hutan hujan Ekuador, dan dijadikan fitur di sampul bukunya. Disebutnya sebagai Serangan Petir karena salah satu dari beberapa gambar yang ia miliki tentang petir selain badai.

Kata dia, biasanya petir terjadi di dalam awan sehingga kamu tidak melihat petir itu sendiri. Namun ia kali ini bisa melihat cahaya petir itu.

Selain mampu menyedot ribuan pengikut di Instagram, gambar Borja juga menarik perhatian pusat-pusat ilmiah. NASA telah menggunakannya untuk sebuah presentasi tentang badai tertentu.

Foto-foto lain berkontribusi pada penelitian ilmiah di Universitas Columbia, tempat para ilmuwan menggunakannya untuk dibandingkan dengan analisis satelit. Foto-fotonya cukup berguna karena mereka dapat melihat seberapa akurat prakiraannya.

Borja menggunakan kamera DSLR (kamera digital single lens reflex) dan untuk mengambil foto dalam cahaya rendah, ia menggunakan pencahayaan manual, fokus manual dan tergantung pada lensa yang digunakan.

Salah satu kesalahpahaman umum tentang karya Borja adalah foto-foto tersebut diambil dalam keadaan turbulensi. Borja menjelaskan sebaliknya, fakta bahwa Anda dapat melihat badai adalah karena Anda jauh dari badai dan terbang melalui ruang udara yang jernih.

Ia mengatakan bahwa semua gambarnya diambil saat lingkungan sekitarnya sangat tenang. Tidak ada turbulensi dan ia menyukai pemandangan dari kokpit meski tak membawa kamera.