Minggu, 01 Maret 2020

Kisah Pemandu Wisata di Negeri Penuh Marabahaya

Siapa sangka, ada wisatawan yang menjadikan Afghanistan sebagai destinasi liburan. Inilah kisah pemandu wisata yang membawa turis liburan di Afghanistan.

Hafizullah Akbar Kohistani (29), itulah nama pemuda ini. Dia menjalani profesi yang belum tentu sanggup dijalani oleh pemuda seumurannya. Akbar bekerja sebagai pemandu wisata di negeri yang penuh konflik, Afghanistan.

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Rabu (7/2/2019), Akbar sudah menjalani profesi sebagai pemandu wisata selama lebih dari 10 tahun. Awalnya, Akbar bekerja untuk Afghan Logistics and Tours. Sampai akhirnya Akbar memulai bisnisnya sendiri, Afghanistan Tour Services pada tahun lalu.

Sudah tidak terhitung lagi pengalaman nyaris mati yang dialami Akbar gara-gara profesinya tersebut. Yang paling sering dialami adalah ancaman mati dari kaum esktrimis (Taliban dan ISIS) saat Akbar menjalankan tugasnya.

"Terkadang saya menerima ancaman dari orang-orang tidak dikenal. Kebanyakan dari mereka tidak senang karena saya bekerja dengan orang asing. Saya harus jelaskan ke mereka, bahwa saya tidak bekerja untuk tentara, melainkan bekerja untuk turis," ungkap Akbar seperti ditulis Daily Mail.

Sering Akbar menjelaskan ke warga lokal Afghan bahwa yang dia bawa adalah turis. Dia juga menjelaskan mengapa mereka berkunjung ke negaranya. Tetapi sepertinya warga setempat menganggap tidak ada perbedaan antara orang asing, tentara ataupun turis. Bagi mereka, semuanya adalah orang asing.

Pernah satu waktu, Akbar diserang saat sedang membawa turis berkeliling di suatu masjid di Kota Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan. Saat itu, Akbar diserang oleh 5 orang pria sekaligus.

"Suatu waktu di Herat, 5 orang mengerumuni saya. Dengan bahasa yang sangat kasar, mereka bilang mengapa saya membawa orang non muslim ini ke sini. Mereka mencoba menampar saya," kisah Akbar.

Beruntung Akbar sudah terlatih untuk menghadapi situasi seperti ini. Sebagai mantan tentara nasional Afghanistan, Akbar berusaha untuk tetap tenang, sabar, mengajak berbicara baik-baik, lalu mengamankan tamu dan membawanya pergi sesegera mungkin dari area tersebut.

Akbar menyebut sebenarnya orang-orang Afghanistan cukup bersahabat dengan para turis. Tidak semuanya ingin menyakiti tamu yang dibawa oleh Akbar. Yang terpenting, para pemandu wisata harus mengetahui aturan-aturan dasar yang berlaku di sana.

"Kami harus tahu kemana akan berkunjung. Kami punya beberapa batasan di setiap provinsi yang kami kunjungi, mana daerah yang boleh dikunjungi, mana daerah dimana kita bisa istirahat, mana daerah yang kita tidak boleh berhenti. Kami punya aturan, dan kami meminta pada para turis untuk mematuhi aturan ini demi keamanan mereka," tegas Akbar.

Demi menjaga keamanan juga, Akbar terpaksa menerapkan beberapa aturan terkait kehidupan pribadinya. Akbar sampai harus meng-unfriend atau mem-block anggota keluarganya di Facebook. Dia bahkan tidak mau menerima friend requests dari orang-orang Afghanistan di Facebook.

Meski sering mendapat ancaman mati hingga keamanan keluarganya juga terancam, tetapi Akbar mengatakan dirinya tidak akan gentar. Akbar ingin menunjukkan wajah asli dari negaranya, Afghanistan kepada khalayak luar.

"Saya rasa sudah jadi tanggung jawab saya untuk menunjukkan ke dunia, wajah asli dari negara kami. Saya juga ingin menunjukkan bahwa orang Afghanistan juga ingin rasa damai, makmur dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Kami lelah dengan situasi ini. Kami lelah dengan perang, dan saya ingin menyampaikan pesan ini lewat para turis," pungkas Akbar.

Labuan Bajo Akan Jadi Akses Tunggal ke Taman Nasional Komodo

Banyaknya akses masuk ke TN Komodo dianggap jadi kelemahan bagi pengelolaannya. Pihak KLHK dan Pemprov NTT pun sepakat membuatnya jadi satu pintu saja.

Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai pintu masuk ke TN Komodo, tapi tak sedikit pihak yang masih mencari jalan lain ke TN Komodo untuk menghindari pungutan resmi pihak KLHK.

Dalam rapat di lantai 8 ruang rapat Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK, Jakarta (6/2/2019), Dirjen KSDAE KLHK Wiratno beserta Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT Alexander Sena serta sejumlah stakeholder terkait bicara soal pintu masuk tersebut.

Dijelaskan oleh Wiratno selaku tuan rumah, pihak KLHK ingin agar akses pintu masuk kapal ke TN Komodo hanya diizinkan melalui Labuan Bajo saja. Hal itu dilakukan agar memudahkan kontrol akan pengunjung hingga pihak lain.

"Pengaturan pintu masuk jalur kapal dan penjualan tiket masuk menuju TN Komodo akan ditetapkan melalui sistem satu pintu, yaitu di Pelabuhan Labuan Bajo," ujar Wiratno.

Turut hadir membicarakan pengelolaan TN Komodo, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT, Alexander Sena juga mendukung keinginan KLHK.

"Kita inginkan supaya pintu masuk ke Komodo itu harus diatur satu pintu lewat Labuan Bajo, hanya satu pintu sehingga itu bisa terkontrol secara baik ya," ujar Alexander.

Wacana akses satu pintu ke TN Komodo via pelabuhan Labuan Bajo dalam rapat tersebut dianggap sebagai salah satu solusi dari perburuan liar hingga upaya untuk mengontrol arus wisatawan yang masuk ke TN Komodo.

Kisah Pemandu Wisata di Negeri Penuh Marabahaya

Siapa sangka, ada wisatawan yang menjadikan Afghanistan sebagai destinasi liburan. Inilah kisah pemandu wisata yang membawa turis liburan di Afghanistan.

Hafizullah Akbar Kohistani (29), itulah nama pemuda ini. Dia menjalani profesi yang belum tentu sanggup dijalani oleh pemuda seumurannya. Akbar bekerja sebagai pemandu wisata di negeri yang penuh konflik, Afghanistan.

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Rabu (7/2/2019), Akbar sudah menjalani profesi sebagai pemandu wisata selama lebih dari 10 tahun. Awalnya, Akbar bekerja untuk Afghan Logistics and Tours. Sampai akhirnya Akbar memulai bisnisnya sendiri, Afghanistan Tour Services pada tahun lalu.

Sudah tidak terhitung lagi pengalaman nyaris mati yang dialami Akbar gara-gara profesinya tersebut. Yang paling sering dialami adalah ancaman mati dari kaum esktrimis (Taliban dan ISIS) saat Akbar menjalankan tugasnya.

"Terkadang saya menerima ancaman dari orang-orang tidak dikenal. Kebanyakan dari mereka tidak senang karena saya bekerja dengan orang asing. Saya harus jelaskan ke mereka, bahwa saya tidak bekerja untuk tentara, melainkan bekerja untuk turis," ungkap Akbar seperti ditulis Daily Mail.

Sering Akbar menjelaskan ke warga lokal Afghan bahwa yang dia bawa adalah turis. Dia juga menjelaskan mengapa mereka berkunjung ke negaranya. Tetapi sepertinya warga setempat menganggap tidak ada perbedaan antara orang asing, tentara ataupun turis. Bagi mereka, semuanya adalah orang asing.

Pernah satu waktu, Akbar diserang saat sedang membawa turis berkeliling di suatu masjid di Kota Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan. Saat itu, Akbar diserang oleh 5 orang pria sekaligus.

"Suatu waktu di Herat, 5 orang mengerumuni saya. Dengan bahasa yang sangat kasar, mereka bilang mengapa saya membawa orang non muslim ini ke sini. Mereka mencoba menampar saya," kisah Akbar.

Beruntung Akbar sudah terlatih untuk menghadapi situasi seperti ini. Sebagai mantan tentara nasional Afghanistan, Akbar berusaha untuk tetap tenang, sabar, mengajak berbicara baik-baik, lalu mengamankan tamu dan membawanya pergi sesegera mungkin dari area tersebut.