Rabu, 05 Februari 2020

Bikin Heboh Dunia Maya, Tugu Photocopy Ini Sungguhan Ada

Dunia maya dihebohkan dengan gambar tugu yang di atasnya mesin photocopy. Ternyata tugu itu benar-benar ada dan menjadi ikon sebuah desa di Sumatera Barat.

Beragam tugu yang menghiasi daerah di Indonesia dan bentuknya biasa mewakili keadaan daerah tersebut. Ada yang berbentuk buah-buahan, hewan maupun patung tokoh. Namun ada tugu tidak biasa di Sumatera Barat, namanya Tugu Photocopy yang tugunya benar-benar mirip mesin fotocopy lho!

detikcom pun mencoba menelusuri keberadaan tugu ini, dan ternyata tugu ini berada di Jorong Lareh Nan Panjang, Nagari Atar, Kecamatan Padang Gantiang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Bila diukur jaraknya dari Kota Padang sekitar 127 km atau 3 jam perjalanan dengan mobil.

Aswir, Sekretaris Nagari Atar mengungkapkan bahwa tugu ini telah ada semenjak tahun 2012. Tugu ini merupakan ide para perantau untuk menujukan kesuksesan mereka di rantau.

"Tugu ini telah ada semenjak tahun 2012, dan berdiri tepat di samping kantor Wali Nagari Atar. Tugu ini menunjukan bahwa sebagian besar perantau yang berasal dari Atar sukses dalam usaha fotocopy," ungkap Aswir saat dihubungi detikcom.

Para perantau dari Atar pun tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Namun yang paling banyak ada di Bandung. Mereka semua tergabung dalam ikatan IWATAR (Ikatan Warga Atar).

"Para perantau Atar tersebar di berbagai provinsi, mulai dari kawasan Sumatera Barat, Pekanbaru, hingga ke Jawa. Namun yang paling banyak dan pusatnya ada di Bandung. Mereka semua tergabung dalam IWATAR," jelasnya.

Karena para perantau Atar telah sukses berkecimpung di usaha photocopy, mereka pun berinisiatif untuk membangun sebuah tugu yang unik. Karena mereka usaha di photocopy, maka dibangunlah Tugu Photocopy.

"Tugu ini dibangun oleh para perantau, dan nagari hanya memfasilitasi. Karena sebagian besar perantau Atar selama puluhan tahun sukses dalam usaha photocopy, maka dibangunlah Tugu Photocopy sebagai ciri khas kami," tambah Aswir.

Karena adanya Tugu Photocopy ini, Negeri Atar pun dikenal sebagai negeri yang unik. Tugu ini pun mewakili kesuksesan para perantau yang cinta kampung halaman.

"Usaha photocopy ini dimulai oeh Hj Yuskar, dia yang pertama kali bergerak di usaha photocopy. Semakin lama usahanya berkembang, dan kemudian banyaklah warga Atar yang merantau dan usaha di photocopy. Mereka pun semuanya sukses dan berinisiatif membangun tugu untuk memberi ciri ke Nagari Atar sebagai desa dengan perantau yang sukses di photocopy," cerita Aswir.

Nah, traveler yang nantinya ingin liburan ke Sumatera Barat cobalah datang ke Negeri Atar, Padang Gantiang ini. Tugu Photocopy setinggi sekitar 5-6 meter ini menunggu kehadiran traveler.

Cerita Orang Swedia, Tolak Naik Pesawat Demi Kurangi Polusi Udara

Dimulai pada akhir tahun 2018 kemarin, orang-orang Swedia tidak mau naik pesawat demi mengurangi polusi udara. Mereka pun rela, berlama-lama di kereta.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Jumat (12/4/2019) banyak orang Swedia yang ikut andil dalam Flygskam. Ini adalah suatu gerakan untuk tidak naik pesawat dan memerangi polusi udara.

Sebabnya, penerbangan pesawat menyumbang angka polusi udara yang tidak sedikit. Penerbangan pesawat menyumbang emisi CO2, CHi, NOx, CO, dan SO2 yang mampu merusak merusak lapisan ozon di stratosfer.

Jadinya, suhu tahunan rata-rata naik dua kali lebih cepat di Swedia daripada rata-rata global. Orang-orang Swedia khawatir jika polusi udara terus meningkat tiap tahunnya.

Orang-orang Swedia memilih kereta untuk menempuh perjalanan jauh. Dilansir dari BBC, Jumat (12/4/2019) Alejandra Fuentes dan keluarga misalnya, dia rela naik kereta dari Stockholm (ibukota negara Swedia) smapai ke Torremolinos (kawasan selatan Spanyol di Kota Malaga) selama 1 hari lebih. Kira-kira, 44 jam perjalanan!

Bersama anak-anaknya, Alejandra melewati melihat kapal-kapal yacht di Denmark dan Jerman sampai merasakan jam sibuk pagi hari di Basel, Swiss. Itu jadi pengalaman yang sangat menakjubkan bagi anak-anaknya.

"Anak-anak saya melihat banyak pemandangan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya," katanya.

Anna Hamno Wickman dan keluarganya juga berbagi cerita. Mereka naik kereta dari Swedia ke Prancis, demi mengurangi polusi udara kalau naik pesawat terbang.

"Kita bisa membaca, main game, tidur nyenyak dan masih banyak lagi. Menyenangkan!" ujarnya.

Berdiri di Eskalator MRT Harus di Salah Satu Sisi, Ini Alasannya

Hadirnya MRT di Jakarta perlu disikapi penggunanya. Misalnya sebatas aturan sederhana berdiri di satu sisi eskalator. Ini alasan di baliknya.

Walau telah umum diketahui di negara asing, mungkin tak banyak orang Indonesia yang tahu aturan berdiri di satu sisi eskalator. Di mana sisi lain eskalator yang tak dipakai untuk berdiri diperuntukkan untuk orang yang ingin berjalan lebih cepat.

Hal itu pun sempat menjadi perbincangan di media sosial saat MRT mulai dibuka untuk umum beberapa waktu lalu. Kemacetan sempat terjadi di eskalator saat itu.

Apabila kamu datang ke negara seperti Singapura atau Jepang yang terkenal memiliki pola kerja cepat, bukan tak mungkin kamu ditegur karena berdiri memenuhi tiap sisi eskalator.

Usut punya usut, aturan berdiri di satu sisi eskalator itu dibuat melalui sejarah panjang. Ditelusuri detikcom dari berbagai sumber, Jumat (12/4/2019), etika berdiri di satu sisi eskalator itu ternyata sudah ada sejak tahun 1911 silam di Inggris.

Menurut situs berita Londonist, penemuan eskalator pertama kali diimplementasikan pada stasiun Earl's Court London kala itu. Diketahui, Charles Seeberger adalah orang pertama yang mematenkannya.

Secara fungsi, keberadaan eskalator yang berupa lantai berjalan saat itu merupakan sebuah kemajuan yang memudahkan manusia. Desain eskalator kala itu juga disebut cukup berbeda dengan zaman sekarang.

Di tahun tersebut, konon ada sebuah partisi diagonal yang dipasang di ujung eskalator. Di mana partisi diagonal itu akan mendorong pengguna eskalator untuk melangkah ke sisi kiri.

Semenjak itu, disepakati kalau mereka yang berjalan di eskalator harus berdiri di sebelah kiri. Jika tidak, mereka harus memotong garis yang berdiri dan itu akan menimbulkan kekacauan.

Seiring berjalannya inovasi, desain eskalator pun kian berubah. Partisi diagonal pun dihilangkan. Hanya saja bagi masyarakat London, tradisi berdiri di sisi kanan tetap dilakukan.

Selain di London, sejumlah negara lain seperti China, Hong Kong dan Belgia diketahui juga mengikuti etika tersebut. Hanya saja, sejumlah negara seperti Singapura hingga Jepang malah menerapkan aturan berdiri di sisi kiri dan sisi kanan untuk berjalan. Ada sedikit perbedaan di sini.

Fakta di atas menjelaskan, perbedaan posisi berdiri dan berjalan di eskalator cukup berbeda di tiap-tiap negara. Hanya saja, semua sepakat kalau satu sisi digunakan untuk berdiri dan satu lagi untuk berjalan.

Hanya saja, etika berdiri di satu sisi eskalator itu sempat dipertanyakan oleh publik China. Situs edukasi Macleans menjelaskan, kalau pihak pengelola subway Nanjing di China pernah mengeluarkan ajakan untuk menghilangkan etika tersebut.

Alasannya, sekitar 95% bagian kanan eskalator di Nanjing mengalami kerusakan gara-gara mayoritas penggunanya gemar berdiri di satu sisi eskalator saja seperti diberitakan media South China Morning Post.

Untuk di Indonesia, etika memakai eskalator MRT pun mengikuti Singapura sebagai rujukan. Yakni berdiri di sisi kiri dan berjalan di sisi kanan eskalator. Lain ladang, lain belalang.

Kurang lebih itu alasan mengapa traveler harus berdiri di satu sisi eskalator dan mengosongkan sisi lainnya untuk pengguna yang ingin berjalan cepat. Kamu sudah menerapkan aturan itu dalam praktek sehari-hari belum?