Senin, 03 Februari 2020

Seperti di Film, Danau di Inggris Diteror Ikan Piranha

Mungkin kamu pernah nonton film bertema teror ikan piranha. Lantas, bagaimana kalau itu sungguhan terjadi di dunia nyata?

Baru-baru ini publik di Inggris dibikin heboh oleh kemunculan ikan piranha di suatu danau. Banyak bebek mati dan wisatawan jadi takut berenang.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Jumat (19/4/2019) peristiwa itu terjadi di Danau Martinwells, Kota Doncaster yang dapat ditempuh sekitar 2 jam naik kereta dari London ke arah utara. Awal mulanya, beberapa penduduk setempat penasaran mengapa jumlah bebek di danaunya terlihat berkurang.

Padahal, bebek-bebek di danaunya hidup dengan liar dan tidak diburu. Hingga suatu hari, adalah Gary Walker yang hobi memancing di danau tersebut mendapat tangkapan ikan yang tak terduga.

Ikan itu memiliki gigi yang tajam dan belum pernah sebelumnya dia melihat ikan seperti itu. Dibikin penasaran, dia mencari informasi di internat dan terkejutlah saat tahu itu ikan piranha!

Kabar tersebut langsung menyebar luas dan membuat warga Doncaster was-was. Mereka takut datang ke danaunya.

Pertanyannya, bagaimana bisa ada ikan piranha di Inggris yang habitat aslinya adalah di Sungai Amazon, Amerika Latin?

Pemerintah kota dibantu dengan dengan tim dari Badan Lingkungan melakukan penelitian. Hasilnya adalah ikan piranha tersebut merupakan hewan peliharaan yang dilepas di Danau Martinwells.

Pemerintah kotanya sudah memberi imbauan kepada pengunjung untuk berhati-hati dalam waktu dekat saat piknik di danaunya. Sejauh ini sudah 2 ikan piranha tertangkap dan terus ditelusuri apakah masih ada lagi ikan piranha lainnya.

Komunitas Motor Trail Diperkenalkan Keindahan Pangandaran

Bagi traveler yang hobi jelajah alam dengan roda dua, event satu ini rasanya sayang untuk dilewatkan. Kegiatan bertajuk Jelajah Alam Pangandaran 2019 ini akan menyusuri keindahan Pangandaran dengan mengambil start dan finis di Pantai Barat Pangandaran, Jawa Barat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Undang Sohbarudin mengatakan Jelajah Alam Pangandaran 2019 yang akan digelar pada 20 April 2019 ini akan menempuh jarak 75 km. Rute yang dilintasi meliputi daerah yang ada di Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih.

"Peserta JAP berasal dari komunitas pecinta motor trail yang berasal dari seluruh Indonesia dengan target utama peserta dari wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Target peserta pada kegiatan JAP ini sekitar 5.000 orang," ujar Undang, dalam keterangan tertulis, Jumat (19/4/2019).

Menurut Undang, Pangandaran memiliki bentang alam yang sangat beragam. Seperti daerah hutan, perbukitan dan sungai yang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi daerah wisata ekstrim.

"Jelajah Alam Pangandaran pada prinsipnya menyalurkan kreativitas yang bersifat positif bagi penggemar olahraga khususnya petualangan roda dua (motor trail adventure). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemkab Pangandaran yang bekerja sama dengan perusahaan swasta di serta komunitas motor trail Pangandaran," jelas Undang.

Event ini, lanjut Undang, tujuannya memperkenalkan keindahan alam Pangandaran kepada masyarakat pada umumnya dan kepada komunitas Motor Trail pada khususnya. Selain itu, membantu menyalurkan kegiatan olahraga otomotif khususnya motor trail yang positif sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada.

"Selain itu, menanamkan disiplin dan percaya diri, umumnya generasi muda penggemar motor trail dan meningkatkan kepedulian terhadap alam dan lingkungan," tambahnya.

Festival Teluk Jailolo Bakal Suguhkan Budaya Kepulauan Rempah

Festival Teluk Jailolo (FTJ) kembali masuk dalam jajaran 100 Wonderful Event dan menjadi list Calender of Event (CoE) Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Event ini merupakan salah satu kegiatan promosi pariwisata yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Barat, Maluku Utara.

Tahun ini, FJT memasuki tahun ke-11. Mengawali kegiatan tersebut, Pemkab Halmahera Barat bersama Kemenpar menggelar preevent bertajuk Launching Festival Teluk Jailolo 2019 dengan tema Pesona Budaya Kepulauan Rempah, lalu di Kawasan Landmark Kota Ternate yang saat ini menjadi pusat kunjungan wisatawan yang ramai di daerah setempat.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai langkah promosi awal dan berbagi informasi mengenai event Festival Teluk Jailolo 2019.

FTJ 2019 akan berlangsung pada 24-29 Juni mendatang dengan beragam rangkaian acara yang ditampilkan, di antaranya Ritual Sigofi Ngolo, Teater Kuliner 7 Suku Asli, Jelajah Halmahera Barat, Ekspedisi Talaga Rano, dan Ekspedisi Burung Bidadari. Ada pula pesta tani, pranata adat dan perdamaian, perlombaan tarian tradisional, musik Yanger, akustik kebangsaan, dayung, panjat pinang, serta lomba gerak jalan kreasi kebangsaan.

"Kegiatan bakal ditutup dengan pertunjukan teater musikal dengan panggung di atas air Sasadu On the Sea yang merupakan ikon Festival Teluk Jailolo dan hiburan rakyat yang diisi oleh artis-artis Ibu Kota," ujar Esthy dalam keterangan tertulis, Jumat (19/4/2019).

Ritual Sigofi Ngolo, lanjut Esthy, merupakan upacara tradisi bersih laut dan tabur bunga yang bertujuan memohon izin kepada leluhur untuk kelancaran acara oleh masyarakat dengan berziarah ke Pulau Babua. Sementara Teater Kuliner 7 Suku Asli berlangsung di Desa Idamdehe Gamsungi yang menawarkan edukasi wisata kuliner dengan menampilkan penganan dan makanan khas Halmahera Barat. Kegiatan ini disertai dengan deskripsi dan live cooking oleh masyarakat lokal.

Di sini juga akan disuguhkan trip Fun Diving, Fun Trip Mariporoco Kahatola, Ekspedisi Talaga Rano, dan Ekspedisi Burung Bidadari. Kegiatan ini akan memberikan pengalaman terbaik dan tentunya kenangan yang tak terlupakan pagi para peserta. Sementara pesta tani menampilkan hasil alam potensi pertanian Halmahera Barat dengan budaya bercocok tanam dan pesta panen padi ladang.

"Kita berharap pelaksanaan launching Festival Teluk Jailolo ini dapat memberikan suguhan menarik guna melirik calon wisatawan maupun pengunjung untuk merencanakan perjalanan liburannya menjelajahi Halmahera Barat," ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan sejauh ini atraksi budaya masih menjadi magnet terbesar untuk menarik wisatawan. Data yang ada, 60% wisatawan datang ke Indonesia karena budaya. 35% sisanya karena alam dan 5% karena faktor buatan seperti meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE), wisata olahraga, serta hiburan.

"Dari sisi atraksi, budaya kita jelas sangat kuat. Ini yang harus dikelola secara serius bersama-sama. Barongsai sendiri memang berasal dari budaya Tionghoa tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa budaya ini ikut berkembang di antara kita dan bisa dipentaskan di Tanah Air," jelasnya.