Selasa, 17 Desember 2019

Petualangan Menjejaki Atap Sumatera Barat, Gunung Talamau (2)

Selesai makan kami langsung istirahat untuk memulihkan tenaga agar besok pagi bisa lanjut menuju pos 4, pos yg biasanya tempat mendirikan tenda sebelum menuju puncak.

Keesokan harinya, lanjut perjalanan. Kondisi hutan semakin rapat, lama sekali rasanya sampai di pos 3, lebih dari 3 jam. HUtan yg rapat, basah dan lembab, banyak pacet. Trek yang makin menanjak sempat membuat kami ingin menyerah rasanya. Uda Ilham pun sampai berkata dia mau turun saja, tidak usah di bayar. Kami jelas-jelas menolaknya.

Akhirnya sampai di pos 3, di sini area terbuka cukup lapang. Di sini terdapat jurang dan dengan sungai mengalir yg begitu jernih. Kami memutuskan beristirahat sebentar dan membuat makanan untuk makan siang. Masak seadanya menggoreng nugget, sosis dan membuat minuman energi.

Tak perlu lama-lama kami istirahat di sini, jika kelamaan justru terasa semakin dingin. Jadi selesai makan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Lama sekali rasanya kami sampai sempat menikmati sunset di perjalanan. Jam 18.30 kami sampai di pos 4. Hari yang melelahkan. Kami segera mendirikan tenda memasak makan malam menu seadanya dan segera tidur karena besok pagi-pagi kami harus trekking menuju puncak.

Pukul 03.00 pagi, kami sudah bangun bersiap melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kami pikir dari pos 4 ke puncak perlu waktu cepat tapi kami salah. +- 4 jam kami akhirnya dengan sisa-sisa tenaga kami sampai di puncak Talamau. Dengan rasa penuh haru kami sampai di puncak. Rasanya lega sekali. Proses yang sangat berat menguras tenaga dan emosi kami akhirnya kami dapat menginjakan kaki di atap Sumatera Barat. Talamau.

Untuk kalian ketahui, pemandangan yang super menakjubkan bisa kami lihat dari puncak berjejer Gunung Singgalang, Marapi, Talang dan Bukit Barisan bisa kami saksikan. Sementara. Tak kalah menakjubkan kami juga bisa melihat 13 danau atau telaga yang sangat cantik. Puas menikmati pemandangan dari puncak Talamau, kami harus segera turun. Kami harus sampai ke base camp hari itu juga, tidak bisa bermalam lagi karena logistic kami sudah habis.

Sungguh turun gunung pun PR berat buat kami, sampai di base camp kami sudah kemalaman. Ditambah lagi ada drama nyasar ke ladang-ladang warga karena uda Ilham yg niatnya mencari jalan pintas tapi kami malah lupa jalan.

Sungguh pendakian Talamau ini memberikan banyak pelajaran terutama jangan meremehkan gunung atau tempat baru yang akan kita kunjungi walaupun terlihat tingginya tidak seperti gunung-gunung lainnya. Persiapan logistic yg matang juga fisik yg prima akan sangat penting.

Begitu kami sampai di base camp, kami beres-beres dan segera beristirahat. Besok paginya kami harus naik bis menuju kota Bukit tinggi. Dan benar saja dari base camp ke simpang 4 memang benar dekat, dan kami baru tau ternyata waktu itu kami dikerjai malah jadi lucu. Itulah sebuah perjalanan banyak memberi pelajaran. Dari Tragedi akan menjadi Komedi. Hanya masalah waktu.

Ngomong-ngomong tentang liburan, siapasih yang gak mau? Apalagi bagi kita yang sudah penat dengan pekerjaan otomatis butuh refreshing. Eits, jangan bingung gimana nyari tiket yg banyak promo ya. Kita bisa cari di aplikasi tiket.com karena di tiket.com banyak banget promo tiket pesawat, kereta juga hotel. Jadi gak usah khawatir bujet liburanmu jebol karena harga tiket dan hotel yang mahal. Banyak voucer promo juga lho. Yuk rencanakan liburan mu dengan belanja tiket dan hotel di tiket.com.

Petualangan Menjejaki Atap Sumatera Barat, Gunung Talamau

Terkadang yang menarik dari sebuah perjalanan bukanlah ketika kita sampai di tempat tujuan, tapi cerita yang mengiringi perjalanan tersebut. Kadang tragedi saat perjalanan itu akan menjadi sebuah komedi yang membuat kita tersenyum, tergelak tawa saat mengingatnya.
Itu lah yang kadang membuat kita rindu dan candu untuk terus berjalan. Salah satu cerita seru yang pernah saya alami saat mendaki atap Sumatra Barat, Gunung Talamau bersama teman saya Baim.

Gunung Talamau mungkin tidak sepopuler gunung-gunung di Jawa, Sumatra atau di pulau-pulau Indonesia lainnya. Tingginya pun terbilang di bawah 3.000 mdpl. Tapi siapa yang sangka ternyata Talamau membuat saya dan teman saya menangis dan rasanya kapok, cukup sekali saja mendakinya.

Selain saya akan menceritakan kesulitan dalam pendakian ini, cerita-cerita dibalik pendakian ini juga seru dan menarik ingin saya bagikan. Mulai dari saya dan sahabat saya Baim harus menumpang mobil bis kecil menuju simpang empat dari kota Padang kurang lebih 3 jam. Sesampainya di Simpang empat, hari sudah malam. Sudah tidak ada angkutan umum lagi menuju base camp. Saat itu sudah jam 9 malam. Sempat bingung bagaimana kami akan ke base camp. Tiba-tiba Baim ditawari menumpang mobil yg kebetulan melewati base camp. Sebut saja uda X, dengan ramah uda X dan dua orang rekannya menawari kami. Saya dan Baim pun menyambut tawaran baik ini dengan senang hati.

Tak menunggu waktu lama, kamipun masuk ke mobil berjejal dengan barang bawaan rasanya sangat sempit, bernapaspun rasanya susah. Kami sempat berhenti di SPBU untuk mengisi bahan bakar. Kurang dari satu jam kami pun sampai dan diturunkan di pinggir jalan dekat base camp. Tak di sangka, si uda dan temannya memintai kami ongkos sebesar Rp 150.000. Mau tidak mau kami harus memberinya dari pada rebut. Dalam kesepakatan awal juga tidak ada pembicaraan ongkos, kami piker karena searah dan uda x yang menawari kami tumpangan jadi kami piker itu gratis, tapi ternyata tidak dan itu ongkos yang sangat mahal karena saat di basecamp dan bertanya dengan uda Andri (pengelola basecamp pendakian) jika naik ojek paling mahal bayar Rp 10.000, atau jika naik bis atau angkot Cuma bayar Rp 5.000. Jaraknya pun dekat saja dari simpang empat ke basecamp.

Oke, lanjut cerita pendakian saja ya. Di basecamp kami disambut baik oleh uda Andri,Uda bercerita banyak tentang Gunung Talamau sebagai gambaran umum buat kami. Mengisi buku registrasi, dan mendata semua perlengkapan mendaki yg kami bawa. Saat mengisi buku registrasi, kami cukup kaget karena sedikit sekali selama dua bulan terakhir kebelakang tidak ada yg mendaki. 

Kamipun meminta untuk dicarikan guide untuk memandu pendakian kami esok paginya. Uda Ilham, itulah guide kami. Awalnya uda Ilham sedikit merasa keberatan karena dia sendiri merasa kapok dan berat sekali jalur Talamau ini. Dengan pendekatan yg baik akhirnya dia mau juga.

Keesokan paginya, pendakian kami lakukan setelah sarapan. Trek awal yg kami lalui adalah kebun sawit warga dan persawahan. Beberapa menit berjalan kami sudah disambut dengan tanjakan yg lumayan membuat engap. Kurang lebih 2 jam kami baru sampai di pos 1. Setelah istirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan. Mulai memasuki hutan dengan pepohonan tidak terlalu besar hanya perdu yg rapat. Treknya bisa dibilang cukup membosankan karena tidak ada pemandangan yg bisa kami nikmati.

Akhirnya tiga jam lebih kami pun sampai di pos 2. Karena sudah terlalu lelah dan cukup lapar. Kamipun memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 2. Di sini kondisi hutan sudah sangat rapat dengan pepohonan yg besar. Keputusan yg tepat kami mendirikan tenda di sini, begitu tenda berdiri hujan turun. Kondisi tanah menjadi basah dan lembab. Jangan ditanya, pacetnya banyak siap menghisap darah kami.

Kami masak untuk makan malam, menu seadanya. Karena kesalahan kami lainnya adalah perbekalan logistic kami kurang. Kami pikir gunung dengan ketinggian di bawah 3000 seperti di Jawa bisa kita selesaikan dalam waktu 1-2 hari. Jadi logistic yg kami siapkan juga hanya untuk 2 hari. Tapi kami salah besar. Jadi kami harus pintar memanage logistic kami agar tidak ke habisan.