Desa Sawarna menawarkan aneka destinasi wisata menawan yang bisa dinikmati traveler. Jangan lupakan juga senjanya yang merah merona. Indah!
Dalam susunan imbuhan bahasa Sunda, sa berarti satu. Jadi Desa Sawarna bisa diartikan Desa satu warna. Tapi saya kurang setuju, karena kenyataannya Desa Sawarna memiliki begitu banyak pesona warna-warna yang memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
Buat saya, Desa Sawarna = Desa Sa(juta)warna. Ini adalah cerita throwback saya escaping ke Sawarna beberapa tahun lalu, tepat seminggu sebelum ulang tahun saya yang ke sekian-sekian.
Bersama teman-teman WA Group yang memang hobi ngetrip dan totalnya 10 orang, kami dijemput oleh team leader operator travel dan memulai trip dari Jakarta menuju Desa Sawarna via Pelabuhan Ratu-Bayah Banten yang memakan waktu lebih kurang 7 jam perjalanan.
Di perjalanan, kita akan menemui cukup banyak kelokan, turun naik dan lumayan ajrut-ajrutan. Jadi kalau kamu ingin meng-skip bagian perjalanan yang melelahkan itu, saya sarankan untuk meminum obat anti mabuk perjalanan sebelum berangkat.
Touch-down Desa Sawarna & Menyebrangi Jembatan Gantung
Jam menunjukkan pukul 7.13 ketika kami berfoto bersama di bawah Papan Selamat Datang di Desa Sawarna. Cuaca pagi itu cukup cerah. Dengan antusias, kami bersepuluh plus Friko si pemandu bergegas menuju home stay yang sudah disiapkan.
Untuk masuk ke Desa Sawarna tersebut, kami harus menyebrangi jembatan gantung kayu. Ada perasaan senang sekaligus tegang saat berada di atas jembatan tersebut.
Senangnya; bagus untuk bikin-bikin story, sehingga jadinya betah berlama-lama,, tegangnya: karena berada di atas sungai yang lebarnya kurang lebih 20 meter. Di saat yang sama ternyata gak hanya manusia saja yang melintasinya, tapi juga sepeda motor dari 2 arah berlawanan pun ikut melintas di jembatan tersebut!
Dan ternyata kita akan menemukan jembatan-jembatan gantung kayu semacam ini lagi di Desa Sawarna. Keberadaan jembatan gantung ini memang sangat vital dan besar pengaruhnya untuk kelangsungan hidup & ekonomi masyarakat Desa Sawarna yang beberapa tahun ini memang sudah dicanangkan menjadi Desa Wisata oleh Pemerintah Provinsi Banten.
Selain mendapat pemasukan dari penyewaan homestay, potensi wisata di Desa Sawarna ini bisa menghasilkan berbagai mata pencaharian: pedagang, pengojek, perajin, pemandu wisata, lifeguard pantai, dll.
Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang berkunjung, semoga saja jembatan-jembatan gantung tersebut bisa tetap dirawat dan dipelihara bahkan ke depannya bisa dibuat menjadi jembatan permanen. *puk-puk jembatan gantung yang tiap hari dilewatin berton-ton beban*
Bicara soal homestay; karena kami bersepuluh,, kami disediakan 2 kamar yang berdampingan dan hanya perlu berjalan kaki sekitar 10 menit untuk menuju Pantai Ciantir. Selain itu, lokasi homestay yang berdekatan dengan hamparan hijau persawahan, membuat kami sepakat berkomentar: INI HOMESTAY YANG MANTUL!
Fasilitas yang disediakan selama menginap 2 hari 1 malam di homestay: air gratis, kipas angin gratis, 3 kali makan (siang-malam-pagi) + minum teh gratis, free flow!