Uluwatu memang terkenal dengan tontonan Tari Kecak dan sunset nya. Dua hal ini tak boleh kamu lewatkan saat di Bali.
Momen Sunset selalu dinanti-nanti banyak orang ketika mengunjungi sebuah pantai. Hal yang membuat menarik adalah panorama warna langit yang indah dan sangat sayang jika tidak diabadikan oleh para pelancong.
Bali sudah sangat terkenal sebagai tujuan wisata dunia yang banyak dikunjungi baik dari pelancong dalam negeri maupun dari luar negeri. Selain menawarkan wisata alam yang tidak pernah habis, budaya yang masih sangat terjaga membuat orang berbondong bondong menuju Pulau Dewata.
Jika Anda mengunjungi Bali, ada salah satu tempat yang wajib dikunjungi yaitu Uluwatu. Di sini selain Anda akan melihat Pantai yang sangat indah, Anda juga bisa melihat tarian khas dari Pulau Bali yaitu Tari Kecak pada saat sore hari atau tepatnya momen sunset.
Atraksi ini sudah menjadi atraksi internasional yang sangat dikenal oleh banyak orang, hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing yang mengikuti jalannya pertunjukan ini.
Mengintip Kejayaan Maritim Indonesia di Tanjung Priok
Jejak kejayaan penjelajahan laut kita dapat ditelusuri di Museum Maritim Jakarta. Yuk ke sini!
Oh ya museum ini berbeda dengan Museum Bahari di Penjaringan Kota Tua, Jakarta Utara, jadi jangan salah berkunjung ya!.
Museum Maritim ini berlokasi di dalam Pelabuhan Tanjung Priok, tepatnya di Jalan Pasoso No. 1 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Gedung ini merupakan bangunan peninggalan kolonial, terlihat dari ciri bangunannya yang bersayap seperti halnya Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta, Gedung Sate Bandung dan bangunan kolonial lainnya di Indonesia.
Setelah kemerdekaan gedung ini berfungsi sebagai kantor pengelola pelabuhan dan sekarang dijadikan museum sejarah maritim dan pelabuhan Indonesia yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. Museum Maritim ini bercat putih dan memiliki dua sayap sebagai ruang utama di bagian kiri dan kanan.
Dari pintu masuk Pelabuhan Tanjung Priok, museum ini masih berjarak 200 meter. Sebenarnya ada jalan masuk terdekat menelusuri jalan setapak menuju museum ini dari Terminal Tanjung Priok. Bagi yang datang dari terminal Tanjung Priok bisa masuk melalui lorong kecil di depan halte busway kemudian melewati kantin dan Masjid Jami di dalam pelabuhan dan museum ini masih berjarak 100 meter dari masjid ini.
Untuk hari Selasa hingga Jumat, museum buka dari Jam 09.00-16.00 WIB, sementara Sabtu dan Minggu museum beroperasi mulai Jam 09.00 hingga 17.00 WIB, hari Senin dan libur nasional museum ini tutup. Untuk masuk ke museum ini belum dikutip biaya alias masih gratis karena belum Grand Opening.
Saat masuk kita bisa menuju ke meja petugas untuk menanyakan informasi terkait museum ini. Di lobi utama di bagian kanan dari pintu masuk utama museum disediakan loker bagi para pengunjung untuk menyimpan tas dan bawaan lainnya karena tidak diperkenankan untuk dibawa masuk ke dalam museum, kecuali telepon genggam tentu saja dilengkapi kamera untuk dokumentasi.
Di lobi utama di bagian belakang ada miniatur kapal VOC dalam ukuran sedang. Terbayang bagaimana kapal layar berbahan kayu ini mengarungi samudera ganas hampir setengah lingkaran Bumi menuju Nusantara guna mencari rempah-rempah.
Memasuki ruang di bagian kanan, kita menjumpai ruang sejarah maritim Nusantara (Indonesia pada masa dulu), di sini ditampilkan peta migrasi Austronesia, kelompok etnis yang mendiami nusantara saat itu. Etnis ini berasal dari Taiwan, terlihat di peta bahwa etnis ini mendiami wilayah Taiwan 5000 tahun lampau.
Kemudian berpindah ke Sumatera, Australia dan Guam di Pasifik 4000 tahun lampau, ada juga yang hijrah ke Madagaskar 2000 tahun lampau hingga ke tenggara Samudera Pasifik di Pulau Paskah dekat Chile 1600 tahun lalu. Dipaparkan juga bahwa etnis ini mendiami Kepulauan Hawaii 1600 tahun lampau, yang menarik penamaan Hawaii ini ternyata berasal dari "Jawa iki".
Menurut penuturan narasumber dalam acara yang penulis ikuti yaitu "Focus Group Discussion Narasi Penyebaran Peradaban Nusantara" yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dulu orang-orang nusantara menggunakan perahu bercadik sampai ke pulau ini dan diberi nama Jawa iki (Jawa kecil), saat Spanyol mengunjungi pulau ini, karena huruf "J" dalam bahasa Spanyol dilafalkan "H" dan Spanyol kesulitan dalam mengeja huruf "K", jadilah "Jawa iki" menjadi "Hawaii".