Rabu, 21 Mei 2014

Makan Seafood dapat Mengakibatkan Asam Urat

Hidangan laut bukan hanya lezat tetapi secara umum juga digolongkan sebagai makanan sehat, misalnya saja ikan berlemak seperti salmon, tuna, atau sardin yang kaya akan omega-3.

Meski demikian para pecinta seafood harus mewaspadai jenis kerang-kerangan seperti udang, cumi, atau kepiting. Makanan laut ini bukan cuma tinggi kolesterol tetapi juga meningkatkan risiko salah satu penyakit artritis, asam urat.

Asam urat atau gout adalah jenis artritis yang paling sering diderita kaum pria. Serangannya bisa datang secara tiba-tiba dan berakibat buruk pada persendian.

Gout terjadi ketika bahan kimia yang disebut asam urat diproduksi tubuh secara berlebihan dan menyebabkan inflamasi di persendian. Salah satu penyebab meroketnya asam urat adalah pola makan. Makanan tertentu, khususnya yang berlemak, banyak sekali mengandung purin, bahan kimia yang dalam darah berubah menjadi asam urat.

Beberapa jenis makanan yang berkadar purin tinggi antara lain daging, protein hewani, seafood, serta sayur-sayuran seperti bayam, lentil, jamur, dan kol, dan sebagainya.

Dalam studi yang dilakukan tahun 2004, tim peneliti berusaha mencari tahu kaitan antara seafood, daging, dan produk susu, dengan risiko gout. Selama 12 tahun tim peneliti mengikuti riwayat kesehatan 47.150 pria yang tak memiliki riwayat gout sebelumnya dan mencatat setiap kasus baru.

Para peneliti menggunakan data kuesioner American College of Rheumatology untuk mencari kriteria gout. Pola makan ditelaah setiap empat tahun sekali melalui kuesinoer.

Selama kurun waktu penelitian, ditemukan 730 kasus gout baru. Pola makan yang tinggi daging dan seafood diketahui meningkatkan risiko penyakit tersebut, sementara diet tinggi produk susu justru menurunkan risiko.

Karena itu perhatikan pola makan Anda. Konsumsi makanan, termasuk seafood dan sayuran dalam porsi sedang. Usahakan perbanyak minum air putih sebanyak mungkin setiap hari untuk membantu membilas kelebihan asam urat dalam urin Anda.

Senin, 19 Mei 2014

Vitamin C Digunakan Untuk Terapi Kanker

Vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan efek pembunuh sel kanker pada proses kemoterapi. Demikian diungkapkan para ahli dalam suatu hasil penelitian pada manusia dan hewan hewan tikus di laboratorium.

Peneliti mengatakan pemberian vitamin C melalui injeksi, yang aman, akan efektif dan merupakan perawatan dengan biaya rendah bagi kanker ovarium dan beberapa jenis lainnya.

Peneliti Dr Jeanne Drisko mengatakan minat dan ketertarikan para ahli terhadap penggunaan vitamin C untuk pengobatan kanker makin meningkat.

"Pasien mencari pilihan yang aman dan berbiaya rendah dalam manajemen kanker mereka. Menurut riset kami dan data klinis awal, pemberian vitamin C melalui pembuluh darah memiliki potensi," kata Drisko.

Laporan penelitian yang ditulis dalam Science Translational Medicine, meminta pemerintah untuk melakukan uji coba klinis dengan skala yang lebih besar.

Konsumsi langsung

Vitamin C sejak lama telah digunakan sebagai terapi alternatif bagi kanker.

Pada tahun 1970an, ahli kimia Linus Pauling melaporkan bahwa vitamin C yang diberikan melalui pembuluh darah terbukti efektif dalam perawatan kanker.

Bagaimanapun, uji klinis terhadap vitamin C yang diberikan melalui oral tak memberikan efek yang sama, karena ternyata tubuh manusia dengan cepat mengeluarkan vitamin C jika dikonsumsi langsung.

Peneliti dari Universitas Kansas mengatakan bahwa pemberian vitamin C melalui injeksi dapat langsung terserap oleh tubuh, dan dapat membunuh sel kanker tanpa membahayakan sel yang normal.

Dalam risetnya, para peneliti menginjeksi sel kanker ovarium dengan vitamin C di laboratorium pada tikus dan pasien yang memiliki kanker ovarium tingkat lanjut.

Mereka menemukan, sel kanker sensitif terhadap vitamin C, tetapi sel normal tidak dalam kondisi bahaya.

Perawatan dilakukan bersamaan dengan obat-obatan kemoterapi yang standar untuk menurunkan pertumbuhan tumor dalam penelitian terhadap tikus. Sementara itu, sebuah kelompok pasien dilaporkan sedikit merasakan efek samping ketika diberikan vitamin C bersama dengan kemoterapi.

Perusahaan farmasi tak mungkin melakukan uji coba ini, karena vitamin tak bisa dipatenkan, karena merupakan produk alami.